Tiba-tiba saya ingin berkisah tentang teman SD saya. Dua teman unik, lebih tepatnya. Dua lelaki. Yang satu langganan juara kelas, yang satu orang paling alim di kelas. Sang juara kelas memang diberi watak agak-agak arogan, tapi begitu dia nggak neko-neko. Dalam artian jarang terlibat dalam sebuah obrolan dengan teman yang lain. Dia lebih asyik dengan buku. Teman akrabnya ya si alim sedunia itu. Hehe…
Sedangkan si alim sungguh sangat ceria orangnya. Lhoh? Katanya alim, kok ceria? Weits, tunggu dulu. Biar dia alim, tapi pribadinya sungguh mulia. Masih suka nimbrung bareng temen lainnya. Dan dia jarang jajan. Tahu nggak duit jajannya dipakai buat apa? Ditabung, Gaes. Jadi selama 6 tahun sekolah SD dia tabung semua uang jajannya. Jadilah dia punya julukan baru si “hemat”.
Si juara kelas, walau arogan. Dia belum pernah berbuat cela kepada teman lain. Kami pun fine-fine saja dengan si juara ini.
Selang beberapa tahun setelah lulus SD, saya mendapat kabar tentang dua kawan saya tadi. Si juara kelas diterima kuliah di ITB. ITB Gaes, kuliahnya orang-orang terseleksi. Sedang si alim melanjutkan S1 nya di Mesir, Al Azhar Kairo.
Kata MASYA ALLAH pun terucap berkali-kali mendengar kabar dua teman saya itu. Dan kini, keduanya telah sama-sama lulus. :D Selamat mengabdi kepada agama, nusa, dan bangsa ya kawan.. ^_^
Kabar yang lebih baiknya, teman saya yang juara kelas, dulunya nggak alim-alim amat. Eh, sekarang dia pelihara jenggot tipis di dagunya. Wah, sudah jadi mas-mas ikhwan rupanya. Hehe…
Komentar
Posting Komentar