Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Buka Mata, Kamu Tak Sendirian

Aku mau sedikit cerita. Dulu pernah ada anak magang di kantorku. Sekarang umurnya ya kurleb 24-25 th. Cewek. Pas bapakku ga ada kmrn, aku sempet down kan. Trus mantan temen kerjaku ngasih motivasi. Salah satunya, dia cerita tentang si anak magang ini. Dalam waktu 2 Minggu, dia kehilangan bapak, ibuk, sama nenek. Bapaknya yang pertama. Kena TBC. Trus meninggal. Beberapa hari kemudian, neneknya jatuh. Trus meninggal. Selang bbrp hari, ibuknya ambruk, dibawa ke RS. Ternyata kena covid. Sempet beli plasma 2 kantong, habis 6 juta. Tapi yang kepake baru 1 kantong. Dan tak berapa lama kemudian, si ibuk menyusul suami dan nenek. Akhirnya si anak magang ini, wajib Isolasi bersama 2 adiknya. Ga ada bantuan dari pemerintah desa. Cuma mengandalkan tetangga n saudara sebelah rumah. Kayanya ini sih hikmah kenapa Tuhan mempertemukan kami. Untuk saling menguatkan dan mendoakan. Allah emang baik ya. Kita ga akan dibuat lama berlarut-larut dalam duka. Ada banyak pelajaran di sekitar yang bikin kita jadi

Kok Udah Ceria?

 Ada beberapa temen komen: wah, sekarang udah ceria ya?  ***  Iya. Seminggu penuh saya nangis. Seminggu penuh saya nyalahin diri sendiri. Seminggu penuh saya merenung. Banyak hal yang saya sesali. Saya lewatkan. Saya ga berhenti menyalahkan diri sendiri. Lalu pikiran waras dan hati saya bilang: Udah cukup. Bapak udah bahagia. Insyaallah udah tenang. Ga sakit lagi. Masih ada ibuk. Jaga ibuk baik-baik. Yok bisa yok. Jadi, ya, gitu. Akhirnya saya memilih bangkit. Sampai sekarang sesekali masih nangis. Mewek. Tapi, saya kira itu wajar. Ditinggal orang terkasih tanpa ucapan perpisahan. Tanpa bisa lihat wajah terakhirnya. Tanpa melalui proses 'lumrah' kaya orang lain. Saya kira itu wajar. Capek juga nulis panjang-panjang di medsos. Capek juga galau terus-menerus. Udah saatnya bangkit. Hidup harus lanjut. Luka ini hanya sementara. Sedih ini ga akan selamanya. Insyaallah jalan masih panjang. Dan ada teman yang siap mengulurkan tangan saat saya mulai sempoyongan.

Luka Ini Hanya Sementara, Sedih Ini Tak Akan Lama

 Saya selalu merasa bukan teman baik. Bukan anak baik. Bukan orang baik. Saya jarang (tepatnya tidak mau) berekspektasi kepada orang lain. Tidak berekspektasi diperlakukan baik. Mendapat perlakuan baik. Saya takut kecewa. Saya takut, takut akan karma (atas apa yang sudah saya lakukan sebelumnya). Namun, kini mulai saya sadari. Saat saya sedih. Saat saya berada di titik rendah hidup, saya melihat banyak orang bersimpati. Melihat banyak orang berdoa untuk kami. Saya bukan orang baik. Dan saya malu. Maaf, karena selama ini saya tidak bersikap baik. Banyak sekali kebaikan, doa baik, support yang ditujukan kepada saya dan ibuk. Ada keluarga dekat yang tak berhenti memberi semangat, saya tidak kesepian saat harus isolasi mandiri dengan ibuk. Keluarga tetap menganggap kami ada. Menganggap kami baik-baik saja. Sehat. Tidak kurang satu apa. Tidak takut bertatap muka. Dan ... Sampai hari ini tak berhenti doa, semangat, perhatian yang diberikan teman-teman. Bahkan teman yang dulu pernah satu kela

Kematian yang Tidak Diketahui Banyak Orang

  Senin, 12 April 2021 adalah hari pertama saya jadi anak yatim. Ya, bapak saya meninggalkan saya dan ibu lebih dulu. Sudah cukup bapak berjuang sendirian. Sakit sendirian. Semoga sakitnya bapak bisa menjadi jembatan penggugur dosa-dosa beliau. Aamiin. Bapak meninggal pukul 07.30. Setelah berjuang di ruang ICU satu setengah hari. Dan lagi-lagi, sendiri.  Bapak mungkin sudah menyerah. Bapak mungkin sudah tidak tahan. Karena pasti sakit sekali rasanya. Kematian bapak meninggalkan kesedihan mendalam untuk saya dan ibuk. Ibuk masih tidak menyangka bahwa hari Selasa, bakda Maghrib, saat ibuk membantu bapak mengancingkan baju batiknya adalah momen bakti terakhir ibuk untuk bapak. Dan saya juga tidak menyangka, bahwa SMS bapak pada hari Kamis adalah obrolan terakhir saya dengan bapak.  Andai saya tahu bapak pergi secepat ini, tentu saja saya akan memperlakukan bapak dengan baik. Lebih baik. Sungguh, saya bukan orang baik. Bukan anak baik. Saya menyesal tidak punya banyak kenangan baik dengan