Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

Kamu Dapat Santunan Covid To?

 Pertanyaan macam apa itu? . . . kalau seorang Awe sudah menampakkan diri di blog, berarti dia lagi punya keresahan. kalau dirasa hatinya sudah plong karena dapat komentar (dukungan dan teman rasan2 wakakaka) ... maka dia akan kembali menghilang dari peredaran. untuk disimak. curhatan terbaru. dalam bahasa Jawa. sengaja, biar orang-orang nonjawa roaming. 😂 karena yang nonjawa biasanya temen dari kalangan penulis. kan ya malu ya saya. kok banyak masalah gitu. kok baperan banget gitu. wakakakaka. Dadi to Ges. Muleh kerja ndek mau ak krungu ibukku nembe ngobrol karo seseorang. Ibukku cerito yen enek salah seorang tonggoku nakoki ngene: Tonggo: De, kowe entuk bantuan covid to? Pakde Ngadi kan meninggal merga covid. Ibuk: Hoo. Entuk bantuan. Tonggo: Piro, De? Limolas yuto? Ibuk: Orak. Rong puluh. Seko BMT, tapi pendak sasi nyaur. Aku krungu auto ngakak. Buwakakakakakakaka. Anjay! Trus bar ngakak aku emosi. 🤣 Astaghfirullah ngger. Aku isih dalam suasana berduka lho. Bapakku meninggal e uru

PACAR VIRTUAL? NO WAY!

              Ini kisah bukan sembarang kisah. Ini kisah nyata dan bukan rekayasa semata. Bukan cuma menghadirkan fakta yang bisa bikin melotot mata, tetapi juga kronologi tragis dari si empunya cerita. Ini cerita diangkat dari kisah kawan penulis. Tetep pantengin dan jangan sampai berhenti di tengah jalan ya? Takutnya ntar ketabrak. Ish, apa sih? Oke-oke. Jadi ceritanya begini….             Sebut saja namanya Rumi (red –bukan nama sebenarnya), dia lagi seneng-senengnya punya ha-pe android. Baru, new, and gris. Plis, jangan tanya harga, apa mereknya, sama belinya di mana ya? Hiks ngelantur. Skip! Balik ke cerita. Nah, doi ini aktivis masjid. Ikut remaja masjid gitu deh. Trus doi ngajar TPA juga. Pada suatu sore, pas doi lagi asyik-asyiknya menyimak adek-adek TPA yang imut-imut, tiba-tiba androidnya berbunyi.             Tut tit tet tot…             Alhasil si Rumi pun segera mengecek. (maklum, ha-pe baru).             08567xxxxx45   Selamat sore, Rumi.         Rumi hanya

GELANDANGAN KONGLOMERAT

  Aku gelandangan. Rumahku tersebar di seantero jagad. Panas, dingin, lapar, haus, semuanya biasa bagiku. Kata orang, hidupku sia-sia. Hidupku tak berguna. Berkelana ke sana ke mari tanpa tujuan. Bah, terserah saja apa katamu wahai orang-orang, toh, kalian tak memberiku   apa-apa. Ya, aku geli. Geli sangat, melihat tingkah laku orang. Uang mereka hamburkan. Waktu mereka siakan. Aku? Uang jarang kupegang. Waktu? Banyak kuhabiskan di jalanan. Menyimak pergerakan alam. Menyaksikan deru derap orang-orang. Sore itu, aku sedang berjalan di trotoar jalan Pinang. Kanan kiri orang berlalu lalang. Mobil motor berseliweran bak tak ada orang di dalamnya. Di sebuah restoran Cina aku berhenti. Aku terkesima mendengar berita terbaru tentang seorang pejabat. Penyiar berita yang cantik itu berkisah: “Salah seorang jaksa dengan inisial B-A ditangkap polisi atas dugaan pemalsuan data sidang dalam kasus pencucian uang di BPK. Polisi menangkapnya saat bla bla bla ……..” Muak. Sangat muak. Para pet