Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Dua Teman Unik

Tiba-tiba saya ingin berkisah tentang teman SD saya. Dua teman unik, lebih tepatnya. Dua lelaki. Yang satu langganan juara kelas, yang satu orang paling alim di kelas. Sang juara kelas memang diberi watak agak-agak arogan, tapi begitu dia nggak neko-neko. Dalam artian jarang terlibat dalam sebuah obrolan dengan teman yang lain. Dia lebih asyik dengan buku. Teman akrabnya ya si alim sedunia itu. Hehe… Sedangkan si alim sungguh sangat ceria orangnya. Lhoh? Katanya alim, kok ceria? Weits, tunggu dulu. Biar dia alim, tapi pribadinya sungguh mulia. Masih suka nimbrung bareng temen lainnya. Dan dia jarang jajan. Tahu nggak duit jajannya dipakai buat apa? Ditabung, Gaes. Jadi selama 6 tahun sekolah SD dia tabung semua uang jajannya. Jadilah dia punya julukan baru si “hemat”. Si juara kelas, walau arogan. Dia belum pernah berbuat cela kepada teman lain. Kami pun fine-fine saja dengan si juara ini. Selang beberapa tahun setelah lulus SD, saya mendapat kabar tentang dua kawan saya
If you want to get married, ask Allah for 3 things in a spouse: 1. Grant me someone who will remind me of you. 2. Grant me someone who will hold my hand in Jannah. 3. Grant me someone who will elevate my Emaan

Ketika Sabtuku Berakhir di ...

Di ..... Di mana? Jadi, kisah ini berawal dari empat sekawan yang berencana untuk “mbolang” ke Wonogiri naik Bathara Kresna. Yah, sebagai remaja #eh udah nggak remaja lagi *waks… Yah, sebagai orang gaul kota Solo, tentu saja kami-kami nggak mau sampai ketinggalan euforia naik di railbus itu. Kami berencana mengambil kereta pukul 06.24. Alhasil, pukul 05.30 kami sudah cuuusssss ke Stasiun Sangkrah. Sampai di stasiun, weeeee lhaaa dalaaaahh.. Ruamene rek. Ruamene ra karuan. Sampek ga isoh dibiyak. (Ramai sekali, sampai tidak ada celah). Hiks… dengan wajah sendu kami pun keluar stasiun dengan semangat lesu.  “Wonogiri gagal, Gaes. Kita mau ke mana nih?” Ucapku memecah kebuntuan. “Jogja aja, yuk!” Sahut salah satu teman. “Oke. Yuk!” Jawab yang lain bersamaan. Akhirnya, kami gowes motor lagi ke stasiun Balapan. Ning stasiun Balapan Kutha Solo sing dadi kenangan Kowe karo aku  uuuuuu………… Baru sampai pintu masuk (dan belum

Lihatlah

lihatlah walau sekejap . layaknya titik embun yg transparan.. kelalaian memang tak bisa dìngkari. namun tetap lihatlah sejenak. hati miris terlelap sepi, sunyi diri melanda mimpi. tetaplah lihat sejenak. perihnya hati tersayat duri, memang aku tak mampu menciptakan pelangi, ku hanya bisa menulis puisi.. keraguan yg tertancap di hati, akankah abadi? sungguh perih hati ini meratapi, tiap tangga yang semakin menukik.. lihatlah aku sejenak.. setidaknya ada setitik kelebihan yang bisa kau tangkap.. lihatlah aku sejenak..

Tulisan Manusia Berusia 20 tahun, Perihal Kedewasaan

Dewasa. Sebuah kata yang sejuk terdengar di telinga. Siapa yang tidak ingin menjadi dewasa? Bukan hanya dewasa secara fisik, tetapi juga psikis. Menjadi dewasa, berarti kita telah mampu mengakulturasikan logika dan sanubari. Apa yang ada di otak kita akan dialirkan menuju hati, begitulah sebaliknya.  Menangis dengan dewasa.  Bersedih dengan dewasa. Melangkah dengan dewasa. Bertutur dengan dewasa.  Marah dengan dewasa.  Berjalan dengan dewasa. Berpikir dengan dewasa.  Dan masih banyak aplikasi sebuah kedewasaan dalam tradisi tata laku dan tata wicara orang perorang.  Seseorang dengan kadar kedewasaan tinggi, tak jarang menjadi sosok inspirator dan sumber kekaguman sesama. Sebaliknya, seseorang dengan kadar kedewasaan yang jauh di bawah usia fisiknya, lebih banyak hanya menjadi sorotan pandang yang cenderung negatif, bahkan hanya dilihat sekilas karena hanya dipandang sebelah mata. Memang tidak ada aturan ataupun konvensi yang mengharuskan seseorang menjadi dewasa (dal

Catatan Hatiku Tentangmu, Ibu

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh Lewati rintang untuk aku anakmu Ibuku sayang Masih terus berjalan Walau langkah kaki penuh darah penuh nanah ¤ Seperti udara kasih yang engkau berikan tak mampu ku membalas ibu oh ibu (Ibu - Iwan Fals) Mungkin bagi sebagian orang, prosa ini menggelikan. Lucu. Kekanakan. Namun bagiku, ini berharga. Tak peduli kau kan menertawakanku, terserah . Ibu - Iwan Fals. Lagu yang indah. Lagu yang tepat. Lagu yang menggambarkan betapa besar jasa, pengorbanan, peran dominan sosok ibu bagi hidupku . Begitulah, Bu. Begitu berharganya kau bagiku. Kau kayuh sepeda tuamu. Menyusuri ribuan kilometer. Sudah hampir 20 tahun kau memeras energi, pikiran, dan hatimu untukku. Anakmu hanya satu. Hanya aku. Dan aku, oh ibu maafkan aku. Aku belum bisa membahagiakanmu. Bahagiamu. Kata ini selalu menghantuiku. Apa-apaan aku ini? Tak bisa mempersembahkan kebanggaan ke pundak ibu. Ibu oh ibu. Percayalah. Cintamu mendalam terukir di hat

Kecenderungan

Hati manusia memang lemah. Manusia memang bisa cenderung lemah. Manusia hanya bisa berserah pada-Nya. DIA lah sang Maha Pembolak-balik hati. Dan DIA lah Pencipta kecenderungan ini. Hatiku sedang cenderung. Cenderung pada sesosok transparan bayang manusia. Tidak salah. Dan tidak bisa disalahkan. Sesuatu yang fitri, berasal dari kemurahan Ilahi. Pantasnya untuk disyukuri. Syukur karena hati kita ternyata masih hidup. Masih peka akan kecenderungan itu. Pertama, ini adalah sebuah nikmat. Kecenderungan ini adalah sebentuk energi luar biasa yang menguasai hati dan pikiran. Namun, setelah merasai, kecenderungan ini lantas kita tekan. Tekan hingga tak berbentuk. Biarlah yang awalnya tiada, menjadi tiada lagi. Karena tak berhak memiliki, aku pun rela melepas kecenderungan ini dengan senyum bahagia. Untuk apa aku menyesali sesuatu yang bukan tercipta untukku. Biarlah kecenderungan ini pergi. Pergi mencari kecenderungan yang lain, yang memang pasti tercipta untuk menemaninya. Selamat jalan kecen

Especially for YOU

Na.. na.. na.. na.. Dendang hidupku. Tanpa jeda. La.. la.. la.. la.. Senandungku menyambut tiap episod skenarioku.. woeiya..woeiya.. woeiya.. teriakku pada angin. Hai angin, akan kau bawa kemana tubuhku yang mengambang ini? Huhuhuhuhu.. Suara sedihku. Saat lakonku tak baik. Tak baik dalam artian kamus hatiku. Walau kenyataannya adalah terbaik dari Tuhan untukku.. Hahahaha.. Tawaku menertawai hidup. Kemahiran manusia merancang dunia yang dikehendakinya. Padahal, ia sebenarnya tak berhak mengatur sesuatu yang sudah diatur oleh-Nya.. Tralalalalala.. Saat keindahan itu datang, aku menyambutnya dengan tangan terbuka. Deg-deg-deg, detak jantungku. Detakan yang semakin meningkat. Aku merasakannya. Kupu-kupu dalam perutku mungkin sedang bermalam di hatiku. Hahaha.. Hidup memang lucu. Pantas untuk ditertawakan. Terkadang, juga pantas untuk ditangisi. Saat apa yang kita mau datang dengan mudahnya. Saat yang kita harap tak sampai pada kita. Saat sesuatu tak terduga mendadak berdiri di hadapan ki

Cinta?

Cinta adalah sebentuk kecerdasan yang di luar batas logika. Datangnya tak berketuk. Rasanya luar biasa. Lecutan motivasi diri tiap bertemu sang bintang hati. Aku jatuh cinta kepadamu. Cintaku berawal dari auramu. Kau pancarkan sinar diri yang menyilaukan mataku, masuk ke otakku, kemudian dengan berkah Ilahi masuk ke hatiku. Aku jatuh hati. Hatiku tlah kau taklukan. Kecintaanmu pada-Nya, menarik hati ini. Tak peduli kau memandangku atau acuhkanku, kau tetap menjadi target cintaku. Aku menikmatinya. Hingga menunggu keputusan Ilahi bagi kebaikan hidupku. Mungkin kau tak jadi milikku. Atau memang aku bukan tipemu. Terserah saja. Karna hatiku hanya untuk-Nya. Keputusan kepada siapa hati ini dilabuhkan bukanlah kendaliku. Aku hanya bisa berpasrah. Aku tahu, mungkin aku bukan kecondonganmu. Aku juga tak terlalu berharap padamu. Hidupku terus mengalir. Kalau kau memang jodohku, kau kan bersanding denganku. Jika kau bukan pasanganku, kau kan ditemukan dengan yang lain. Haha. Mungkin aku sudah

Sekadar Cerita Kala Hujan di Sore Ini

Hujan di Sore Ini tiga anak kecil, dan satu orang dewasa.. Terjebak di tengah hujan. Di sebuah surau, berbagi cerita. Dari pada meratap. Lebih baik mengaji saja. Berdoa bersama.. Bernyanyi bersama.. Mengaji bersama.. Belajar bersama. Hujan yang membawa bahagia, seraya berdoa, Allohumma shoyyibannafi'an.. Terima kasih. Nikmat yang indah. . Di sore yang indah.. Hujan di Sore Ini. # 17 Nov 2011 #

Aku dan Hatiku

Aku aku merasuk ke dalam hatiku, menyusuri lekuk hatiku. Aku mencari kebebasan yang tertanam dulu, namun yang ku temui hanyalah keterikatan, tanpa kunci pengurai. Aku merenung, duduk di pojok hati bagian bawah. Aku mengingat kejadian masa lalu.. Yang sempat singgah di hati ini. Aku kemudian berpikir, kamu, dia, orang itu, pernah masuk dalam hatiku. Entah karena cinta, rasa sakit, humor, atau hanya papasan belaka.. Aku berani taruhan, hatiku memang tahan beban. Karena mampu menahan ribuan muatan.

Bengong

Aku terbengong, melihat nyata di depan mata, pengemis tua menyisir jalan demi mengejar harta Aku terbengong, melihat becak tergelincir di samping jalan, kayu-kayu angkutannya berserakan. Aku terbengong, melihat sosok mulia sarat prestasi, dicaci dan dimaki, hanya karena sebuah kesalahan yang entah sadar atau tidak ia lakukan. Aku terbengong, seorang anak kecil berkeliling kampung, menjajakan dagangan hasil masakannya, demi ibu dan adik yang tergeletak lemah karena lumpuh kakinya. Aku terbengong, melihat sesuatu yang membuatku bengong. Aku terbengong, melihatku yang terbengong, karena bengong melihat sesuatu yang membuatku bengong. Aku mudah terbengong, sulit tidak terbengong, dan akan semakin bengong jika sesuatu yang membuatku bengong, menjadikan bengong hingga terbengong-bengong. Ah, perihal bengong. Ini bengong.

Sekedar Obrolan Kecil

Teringat obrolan dengan teman kemarin malam. Tentang Israel yang terus-terusan membombardir manusia yang bersemayam di Gaza. Bombardir tak kenal waktu. Bombardir tak pandang bulu. Wanita, bayi, bahkan orang tua renta tak pelak menjadi korban ribuan peluru. Warna merah hingga jingga menghiasi langit Gaza. Bukan, bukan senja. Jingga senja indah dan sedap dipandang mata. Jingga di langit Gaza bukanlah jingga senja. Aura yang terpancar mengotori mata. Hingga membuat air mata tak kuat menahan alirannya. Tak kenal waktu dan tak pandang bulu. Merobek siang dan malam dengan paksa. Namun, gema takbir senantiasa terdengar mengangkasa. Semakin mencekam suasana, kalimat-kalimat tayibah semakin terdengar jelas melawan kekalutan yang tercipta dengan penuh paksa. Jerit tangis sempat mewarnai, tapi tak lama kemudian mereka bangkit lagi. Doa seluruh muslim di penjuru bumi menguatkan mereka. Iman di dada semakin membuncah dan tak terbendung isinya. Iman mereka semakin kuat. Tak ada yang pan

Mbak...

Kalau sedang kalut begini, biasanya kita sepakat ya, Mbak. Pergi ke sawah. Naik motor. Cekikikan di jalan. Beli gado-gado dan jus. Ah, kau suka sekali dengan jus mangga, sedangkan aku masih setia dengan alpokat. Kita lanjutkan perjalanan dengan melewati jalan desa yang super. Super? Yep. Coba kamu hitung berapa polisi tidur yang harus membuat kita "mentul-mentul" untuk mencapai sawah. Sesampai sawah, kita cari gubuk yang sepi. Kita duduk berdua di sana. Kita makan bawaan kita tadi. Kita nikmati berdua ya, Mbak. Setelah habis, kita kemudian memperbaiki posisi duduk. Mengambil posisi menghadap hamparan sawah. Kita pandangi pucuk padi. Lalu kita berdua terdiam sejenak. Menikmati pemandangan. Selang beberapa waktu kemudian, obrolan pun dibuka. Bahasan soal kekalutan yang sedang bersemi di dada kita. Itu satu kekalutan. Jika muncul kekalutan lain, kita biasa kencan menonton wayang orang di Sriwedari. Dengan modal jagung rebus dan tempe mendoan kita masuk ke GWO. T

Sebuah Tamparan Keras

Serasa ditampar. Serasa disiram air panas yang mendidih. Ketika dibacakan:  "Ahsantum ahsantum li anfusikum, wa in asa’tum fa laha " (kalau kalian berbuat baik, kebaikannya untuk diri kalian sendiri, kalau kalian berbuat jahat, akibatnya akan menimpa kalian juga)" (Al Israa’: 7) Tamparan yang luar biasa sakitnya, ketika mengingat keburukan dan khilaf yang telah terlewati dari waktu dulu sampai saat ini. Berapa kata yang tak pada tempatnya terucap, berapa sikap yang menyalahi aturan, dan berapa jumlah kelaliman diri yang terurai keluar melewati batas syar'i.  1. Mengolok Orang.  Ketika dia tak normal seperti kebanyakan orang, diolok habis-habisan dan dijadikan bahan candaan.  :'( Astaghfirullah.  Ketika dia orang yang belum paham atas sebuah keadaan, sebuah keharusan, dan "menyalahi" aturan. Kemudian kita tanpa ada upaya membenarkan dan menuntun ke arah jalan yang benar, menjadikannya sebagai obyek candaan tanpa mau tahu batas kesopana

Jika Aku Menjadi Kamu

Sebuah perenungan kala perjalanan pulang tadi. Sambil konsentrasi membawa motor, terbesit sebuah pemikiran: "Kok bisa ya di dunia ini ada orang sebaik dia. Kok bisa ya di dunia ini ada orang selicik dia, sesombong dia, sealim dia, dan se-se- lainnya." Pemikiran yang tak lama kemudian mendapat tanggapan oleh pemikiran lainnya. Manusia itu hidup di dunia modalnya satu: sama-sama tidak punya modal. Jadi, dilihat dari segi fitrahya, semua manusia itu sama. Awal mulanya tak beda, suci, fitri, dan bening bak embun yang menetes di pagi buta. Bak kertas putih yang belum tertancap noda. Begitulah, sejatinya semua manusia itu baik. Sejatinya semua manusia itu suci. Putih. Bening. Tanpa keruh. Pertanyaan selanjutnya, mengapa dengan modal yang sama, nyatanya mampu menciptakan manusia yang berbeda-beda sifatnya? #ahaa kata hati dengan girangnya. Yang membedakan manusia satu dengan lainnya ada pengalaman hidup. Semua manusia punya kisah masing-masing. Alur hidup yang dilalui

Sarangan, Di Situ Saya Merasa Bahagia

Hahaha… kalau ingat kejadian kemarin, sungguh sangat membuat saya tercengang bahagia. Bagaimana tidak? Tengah hari, tiba-tiba terlintas pikiran ingin naik gunung. Well, bukan naik dengan jalan kaki, pegang tongkat, bawa carrier. Bukan! Tapi, naik gunung dengan sepeda motor. Finally, setelah menghimpun pasukan, akhirnya bakda Dzuhur cus ke gunung Lawu. Hehe…  Yuhuuuu….naik naik ke puncak gunung gas pol gas pol sekali.. #lol Baru beberapa kilo dari pasar Tawangmangu, bressss!!!! hujan deres Gaes. Baeklah. Tanpa mantol, tetep hajar aja. Ayuuhh!!! Sampai Cemoro Kandang, tambah deres. Nekat! Sampai Cemoro Sewu, agak mendingan hujannya. Alhamdulillah. Tapi, eh. ituu… siapa yang “dada-dada” di pinggir jalan? Ulala.. Temen saya ternyata. Gegara jalan menurun tajam dan menghindari mobil (soalnya jalannya sempit bingit), mereka terjerembab ke semak-semak di pinggir jalan. Innalillah… ban motor bocor. Kaki teman saya lecet. Hiks. Sabar ya kawan, namanya juga halangan. Jadi kudu harus

Bukan Senja