Kalau sedang kalut begini, biasanya kita sepakat ya, Mbak.
Pergi ke sawah. Naik motor. Cekikikan di jalan. Beli gado-gado dan jus. Ah, kau
suka sekali dengan jus mangga, sedangkan aku masih setia dengan alpokat. Kita
lanjutkan perjalanan dengan melewati jalan desa yang super. Super? Yep. Coba
kamu hitung berapa polisi tidur yang harus membuat kita "mentul-mentul"
untuk mencapai sawah.
Sesampai sawah, kita cari gubuk yang sepi. Kita duduk berdua
di sana. Kita makan bawaan kita tadi. Kita nikmati berdua ya, Mbak.
Setelah habis, kita kemudian memperbaiki posisi duduk.
Mengambil posisi menghadap hamparan sawah. Kita pandangi pucuk padi. Lalu kita
berdua terdiam sejenak. Menikmati pemandangan. Selang beberapa waktu kemudian,
obrolan pun dibuka. Bahasan soal kekalutan yang sedang bersemi di dada kita.
Itu satu kekalutan.
Jika muncul kekalutan lain, kita biasa kencan menonton wayang
orang di Sriwedari. Dengan modal jagung rebus dan tempe mendoan kita masuk ke
GWO. Tiketnya murah ya, Mbak. Cuma 3 ribu. Dari jam 8 sampai 10 malam. Masuk ke
GWO, kita lihat pertunjukan para wayang dengan gerak-geriknya. Biarpun
bahasanya kerap tak kumengerti, tapi kita selalu saja bisa menikmatinya.
Mbak...
(tarawih dulu).
18 Juli 2014
Komentar
Posting Komentar