Saya selalu merasa bukan teman baik. Bukan anak baik.
Bukan orang baik.
Saya jarang (tepatnya tidak mau) berekspektasi kepada orang lain. Tidak berekspektasi diperlakukan baik. Mendapat perlakuan baik. Saya takut kecewa. Saya takut, takut akan karma (atas apa yang sudah saya lakukan sebelumnya).
Namun, kini mulai saya sadari. Saat saya sedih. Saat saya berada di titik rendah hidup, saya melihat banyak orang bersimpati. Melihat banyak orang berdoa untuk kami.
Saya bukan orang baik.
Dan saya malu.
Maaf, karena selama ini saya tidak bersikap baik.
Banyak sekali kebaikan, doa baik, support yang ditujukan kepada saya dan ibuk.
Ada keluarga dekat yang tak berhenti memberi semangat, saya tidak kesepian saat harus isolasi mandiri dengan ibuk. Keluarga tetap menganggap kami ada. Menganggap kami baik-baik saja. Sehat. Tidak kurang satu apa. Tidak takut bertatap muka.
Dan ...
Sampai hari ini tak berhenti doa, semangat, perhatian yang diberikan teman-teman. Bahkan teman yang dulu pernah satu kelas, sekolah bareng, memberikan kesaksian bahwa bapak saya orangnya ramah, murah senyum. Terima kasih telah hadir dan berkenan mendoakan bapak.
Selain filosofis, saya memang orangnya melankolis. Pemikir juga. Kenangan teman-teman sekolah saya yang pernah main ke rumah, ketemu bapak, tiba-tiba berkeliaran di kepala.
Mau tak mau. Memori masa lalu hadir kembali.
Ya.
Seperti halnya manusia.
Bapak adalah orang baik untuk sebagian orang.
Bapak bukan orang baik untuk sebagian lainnya.
Namun, lepas dari itu semua ... Tentu bapak berhak mendapat doa yang (semoga) bisa melapangkan kuburnya.
Saya baca setiap komentar teman-teman. Saya baca setiap doa yang teman-teman tulis.
Sungguh, saya baca berkali-kali. Ada momen saya menangis saat membacanya. Ada momen saya tersenyum membacanya. Ada momen hati terenyuh membacanya.
Kepada ...
Bapak, ternyata banyak orang yang sayang sama kita, Pak.
Ibuk, alhamdulilah teman-teman Wulan ndak berhenti mengirim doa.
Dan teruntuk diriku, lihat, betapa banyak orang baik di sekitarmu. Jangan merasa sendirian. Jalan (insyaallah) masih panjang.
Luka ini hanya sementara.
Sedih ini tak akan lama.
Dan ... insyaallah ada kejutan baik di ujung jalan sana.
Sekali lagi, terima kasih atas segala dukungan dan doa.
Sangat berarti.
Komentar
Posting Komentar