Langsung ke konten utama

Belajar Self Acceptance dari Nadya (Katanya Sih) Mantannya Kaesang Pangarep

 

Ga ada yang lebih bikin hati tenang, damai, bahagia aman sentosa ketimbang: acceptance.

Menerima takdir atasmu.

Menerima nasib atasmu.

Menerima apa pun yang: ya, emang aku gini sih. Masa iya mau marah? Mau protes?

Self acceptance merupakan adalah suatu kondisi dan sikap positif individu dalam bentuk penghargaan terhadap diri, menerima segala kelebihan dan kekurangan, mengetahui kemampuan dan kelemahan, tidak menyalahkan diri sendiri maupun orang lain dan berusaha sebaik mungkin agar dapat berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Self acceptance ini disertai dengan kecerdasan emosi yang tinggi. (Sumber)

Kenapa batiba siang-siang, waktu-waktu sibuk dan full aktivitas  saya nyampah soal beginian?

Random banget sih ini. Saya lagi scrolling Instagram. Pas buka eksplor Instagram, eh, nemu seseakun perghibahan duniawi memuat berita kek begini:

Kaesang rangkul perempuan baru, begini postingan terbaru Nadya.

Karena akun tersebut menge-tag Instagram Nadya, ya, saya tap dong wkwkwkw.

Emang si tukang kepo sih saya. Jiwa kepo saya menggelora.

Nah, pas saya buka Instagramnya. 

Welhadalah. Komentarnya.

Isinya hujatan dari netijen.

Katanya:

Nadya kena karma.

Si wajah tua.

Si budhe2.

Gagal jadi mantu presiden, kesyian.

Terus saya kepo sama Instagram’s story-nya.







Nadya membalas DM-DM jahat dengan savage. Dengan santuynya. 

Haters makin menggila. 

Padahal benci sama cinta cuma beda tipis. #lol

Lihat cara Nadya menanggapinya: wow!

Mantap.

Buat sampai di level itu susah lho.

Hati menangis.

Kalbu teriris.

Salut sih sama orang2 yang PD sama diri sendiri.

Respect sama diri sendiri.

Ya emang takdirnya gitu

Ya emang nasibnya gitu

Ya emang wajahnya gitu

Lha mau gimana lagi?

Ya terima aja kali.

So, hal paling menggembirakan adalah ketika sudah selesai dengan self acceptance, kemudian kita punya self-esteem yang tinggi.

Ada yang belum tahu self-esteem?

Self-esteem adalah sebuah pikiran, perasaan, dan pandangan seseorang atas diri mereka sendiri.

Self-esteem ini ditentukan oleh seberapa kamu bisa percaya dengan diri sendiri, mencintai diri sendiri, mengapresiasi diri sendiri, dan menghargai diri sendiri. (Sumber)

Nah, orang yang punya self-esteem tinggi akan lebih menghargai diri sendiri, menghargai hidup, dan punya potensi bahagia lebih tinggi.

Karena dia sudah cukup selesai dengan diri sendiri.

So, jangan pernah berhenti mencintai diri sendiri, ya!

Love yourself first before you love someone else.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banyak Ditentang, Sebenarnya Childfree Itu Sebuah Ancaman Atau Ketidaksiapan Atas Perbedaan?

Ada netizen yang upload foto anaknya 24/7, society fine-fine saja. Namun, ketika ada seorang netizen upload pendapat pribadi, di lapak sendiri, testimoni pribadi pula, dianggap sebagai ancaman. Yakni seseorang yang memilih Childfree!!! Padahal kalau dipikir-pikir,  manusia itu makhluk dinamis. Apa yang dipikirkan detik ini, belum tentu lima menit berikutnya masih disepakati. Manusia itu makhluk terlabil sedunia, Beb. 😁 No offens, ya Ges ya. Ak cuma menyoroti kenapa kita enggak siap menerima perbedaan. Soal perlakuan bar-bar Gitasav juga, pernah enggak kalian riset atau apa, ya, istilahnya, merenung #halah kenapa seorang Gitasav bisa sebrutal itu ke netizen? Lelahkah ida? Karena jauuuuh sebelum masalah childfree, ada soal ‘stunting’ juga yang dia sebut, dia juga sudah sering diserang dan dikata-katain. Hehe Istilahnya, ojo jiwit yen ora gelem dijiwit. Pas Gitasav nyerang balik, eh, netijen baper ✌️🫢🏻 Eh, ini saya bukan lagi membela ea. Cuma mencoba melihat dari 2 sisi. Soalny...

KENAPA ORANG LEBIH SUKA NGASIH NASIHAT KETIMBANG SEMANGAT?

 Netijen: Lebay banget sih, gitu aja distatusin? Lo kere ya? Sampai ga bisa makan? Me: Anjay. πŸ˜‚ Cara tiap orang mengelola emosi, cara orang menghadapi masalah diri, cara orang untuk 'ngomong' itu beda-beda keleus. Kalau kamu tipe penyabar, tipe diem doang saat dihadapkan sama masalah yang sama kaya saya, ya monggo. Dipersilakan. Saya malah salut. Karena orang sabar disayang Tuhan. Saya punya cara sendiri. Urusan ga sabar, urusan ga disayang Tuhan, itukan hak prerogatif Tuhan.  Kasus beda perlakuan, beda cara memperlakukan warga, tetangga, itu udah jadi persoalan klasik di setiap masyarakat. Hambok deloken chat di WhatsApp ku. Isine wong do curhat. Cuma mereka orangnya sabar, jadi diem aja.  Saya ga masalah kok engga dapat beras, engga dapat sembako, saya punya duit. Alhamdulilah.  Yang jadi masalah adalah ... beda perlakuan. Kenapa harus membeda-bedakan? Berarti kasus ada tetangga mati sampai berhari-hari itu karena kasus kaya gini? Alhamdulillahnya, kemarin Pak RT ...

AWE SAMBAT #4

  Tuhan, pengen nabung nih. Banyak yang pengen saya lakukan. Butuh banyak uang. Boleh minta kerjaan? Tuhan pun ngasih kerjaan. . . Orang sukses: Alhamdulillah, ada kerjaan. Kerja kerja kerja! Selesai. Me: Alhamdulillah, ada kerjaan. Tapi, nanti aja deh. Lagi mager. Besoknya. DL masih lama. Ntar aja. Besoknya lagi. Ntar aja pas mepet DL. Pas udah DL. Ya ampun, gimana nih? Ak kudu mulai dari mana? *** Kaya gitu kok suka ngeluh hidup "cuma gitu-gitu aja". Flat. Monoton. Ya emang kamunya (kamu, We) ga ada aksi. Ga mau berubah. Udah gitu masih bisa senyam-senyum pula. Gila!