Langsung ke konten utama

Mengatasi Insecure dengan Self Acceptance

 Saya menulis ini saat dua teman ngobrol kali ini sedang salat Magrib. Kebetulan saya lagi berhalangan, jadi kebagian jaga tas.


Sembari menunggu, sembari merangkum sedikit obrolan kami kali ini.

Saya itu orang yang suka ngobrol. Sukaaaaaaa bangeeeeet. Dengan siapa pun. Di mana pun. Ngobrolin apapun.

(((❤️ ngobrol so much)))

Karena dengan ngobrol, saya bisa tahu pemikiran orang, sikap orang dalam menghadapi sesuatu, cara-cara mereka mencari solusi saat dihadapkan dengan masalah. Dan itulah yang akan saya 'curi'.

Dan tema obrolan saya dan 2 teman kali ini seputar: insecure oh insecure.
Yang kemudian mengerucut pada: self acceptance.

Salah satu babak hidup yang akan kita alami sampai mati πŸ˜‚ yang akan kita temui saat kita makin mengenal diri sendiri.

Mengenal diri sendiri. Memahami apa kelebihan dan kekurangan diri. Yang kelebihan, harus dipertahankan, klo perlu ditingkatkan. Yang kelemahan, sebisa mungkin di-upgrade.

Musuh terbesar manusia dalam proses self acceptance adalah diri sendiri. Yup. Rasa insecure--kepercayaan diri yang rendah--inner child, ketakutan-ketakutan terhadap masa depan, menjadi momok besar dalam diri.

Musuh besar kedua adalah ... Omongan orang. Susah Gais, tak menghiraukan apa kata orang. πŸ˜‚ Apalagi klo sudah diremehkan, dibully, dicela, dipaksa menuruti standar mereka (yang kita semua tahu lah). Memaksa semua orang punya cerita yang sama dengannya. Wkwkwkw

Padahal omongan orang sering kali hanya berupa basa-basi. Habis ngomong, biasanya mereka lupa. Tapi, kok rasa sesek dan sakitnya membekas di hati. #errr

Insecure. Kudu ditelisik. Hal-hal apa saja yang membuat insecure. Dilist. Didata. Lalu cari solusi.

Aku, jelek.
Solusinya, perawatan. Dan ga harus yang ke klinik. Bisa cari produk yang sekiranya cocok sama kulit kita.

Aku, anak orang B aja. Ga kaya, tapi ga mlarat-mlarat juga.
Solusinya, kerja. Biar mandiri secara finansial. Biar bisa jajan. Biar bisa dolan. Biar bisa bantu ortu.

Aku, bodoh.
Ah, masa? Kamu bodoh secara akademik doang kali, tapi manajemen keuanganmu bagus.
Kamu mungkin bodoh dalam ngatur duit, tapi kamu pinter cari duit. Nah, lho.πŸ˜‚

Aku, ga PD dengan diri sendiri.
Bagian mana?
Kepribadian? Kan tinggal diperbaiki.

Aku, baperan. Sensi.
Iya, itu masalah kepribadian juga. Kamu kan udah tahu akar masalahnya, tinggal ubah aja. Lakukan perbaikan.

Aku, aku, aku ...
Masih banyak?

Manusia berproses tiap hari kok. Dan kita yang sekarang tentu saja beda dengan kita 1 tahun lalu atau 1 tahun yang akan datang.

Satu-satunya solusi menghadapi insecure, ya, cuma self acceptance. Penerimaan terhadap diri sendiri. Mau menerima sepaket. Ya kelebihannya, ya kelemahannya.

Iya, aku ga cantik. Makanya aku perawatan.
Iya, aku ga kaya. Makanya aku kerja.
Iya, aku bodoh. Makanya aku belajar.
Iya, aku baperan n sensi. Makanya aku belajar sabar.

Dan bahasan ini cuma 1/3 dari keseluruhan obrolan kami.

Ah, seru!  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banyak Ditentang, Sebenarnya Childfree Itu Sebuah Ancaman Atau Ketidaksiapan Atas Perbedaan?

Ada netizen yang upload foto anaknya 24/7, society fine-fine saja. Namun, ketika ada seorang netizen upload pendapat pribadi, di lapak sendiri, testimoni pribadi pula, dianggap sebagai ancaman. Yakni seseorang yang memilih Childfree!!! Padahal kalau dipikir-pikir,  manusia itu makhluk dinamis. Apa yang dipikirkan detik ini, belum tentu lima menit berikutnya masih disepakati. Manusia itu makhluk terlabil sedunia, Beb. 😁 No offens, ya Ges ya. Ak cuma menyoroti kenapa kita enggak siap menerima perbedaan. Soal perlakuan bar-bar Gitasav juga, pernah enggak kalian riset atau apa, ya, istilahnya, merenung #halah kenapa seorang Gitasav bisa sebrutal itu ke netizen? Lelahkah ida? Karena jauuuuh sebelum masalah childfree, ada soal ‘stunting’ juga yang dia sebut, dia juga sudah sering diserang dan dikata-katain. Hehe Istilahnya, ojo jiwit yen ora gelem dijiwit. Pas Gitasav nyerang balik, eh, netijen baper ✌️🫢🏻 Eh, ini saya bukan lagi membela ea. Cuma mencoba melihat dari 2 sisi. Soalny...

KENAPA ORANG LEBIH SUKA NGASIH NASIHAT KETIMBANG SEMANGAT?

 Netijen: Lebay banget sih, gitu aja distatusin? Lo kere ya? Sampai ga bisa makan? Me: Anjay. πŸ˜‚ Cara tiap orang mengelola emosi, cara orang menghadapi masalah diri, cara orang untuk 'ngomong' itu beda-beda keleus. Kalau kamu tipe penyabar, tipe diem doang saat dihadapkan sama masalah yang sama kaya saya, ya monggo. Dipersilakan. Saya malah salut. Karena orang sabar disayang Tuhan. Saya punya cara sendiri. Urusan ga sabar, urusan ga disayang Tuhan, itukan hak prerogatif Tuhan.  Kasus beda perlakuan, beda cara memperlakukan warga, tetangga, itu udah jadi persoalan klasik di setiap masyarakat. Hambok deloken chat di WhatsApp ku. Isine wong do curhat. Cuma mereka orangnya sabar, jadi diem aja.  Saya ga masalah kok engga dapat beras, engga dapat sembako, saya punya duit. Alhamdulilah.  Yang jadi masalah adalah ... beda perlakuan. Kenapa harus membeda-bedakan? Berarti kasus ada tetangga mati sampai berhari-hari itu karena kasus kaya gini? Alhamdulillahnya, kemarin Pak RT ...

AWE SAMBAT #4

  Tuhan, pengen nabung nih. Banyak yang pengen saya lakukan. Butuh banyak uang. Boleh minta kerjaan? Tuhan pun ngasih kerjaan. . . Orang sukses: Alhamdulillah, ada kerjaan. Kerja kerja kerja! Selesai. Me: Alhamdulillah, ada kerjaan. Tapi, nanti aja deh. Lagi mager. Besoknya. DL masih lama. Ntar aja. Besoknya lagi. Ntar aja pas mepet DL. Pas udah DL. Ya ampun, gimana nih? Ak kudu mulai dari mana? *** Kaya gitu kok suka ngeluh hidup "cuma gitu-gitu aja". Flat. Monoton. Ya emang kamunya (kamu, We) ga ada aksi. Ga mau berubah. Udah gitu masih bisa senyam-senyum pula. Gila!