Standar ideal type manusia di dunia: bibit, bebet, bobot?
Lalu, bagaimana jika tidak eye catching, tidak kaya, dan bukan dari keluarga terpandang? Tak berlaku untuk merekakah?
Wah, jika menuruti ukuran dunia, membuat frustasi jadinya. 😢
Lalu, bagaimana jika tidak eye catching, tidak kaya, dan bukan dari keluarga terpandang? Tak berlaku untuk merekakah?
Wah, jika menuruti ukuran dunia, membuat frustasi jadinya. 😢
Well, sangat normal jika "masih" ada yang memakai standar itu. Ga adil ya? Memang 😁. Dunia kan gitu.
Padahal, as we know .... Semua ini sudah menjadi jatah. Bagaimana rupa kita, berapa rezeki kita, dan dari keluarga mana kita lahir di dunia. Ini semua jatah. Jatah dari siapa? Allah ta'ala.
Menyedihkan tahu, ketika bertemu dengan orang yang masih memakai "standar" itu. Trus orang macam guweh langsung masuk ke daftar eliminasi gitu?
Yep.
Masuk ke daftar eliminasi orang-orang yang memang tidak kita butuhkan dalam hidup. Right? Hidup kita sudah terlalu berat jika harus ditambah dengan orang-orang semacam itu. Sudah, mari bersabar dan lanjutkan hidup.
Standar dunia itu tadi, jika dipikirkan memang akan membuat kepala pecah. Tapi, jika imbangi dengan standar Ilahi #eaaa maka akan terlihat jelas perbedaannya. Jauh. Sangat jauh.
Mari kita berpikir. Bagaimana bisa senyum bisa disebut sebagai sedekah? Secara makna, sedekah itu menyisihkan materi. Lha senyum? Nggak perlu keluar materi.
Sholat dhuha. Jika dilakukan, 4 rekaat saja, pun termasuk mengeluarkan sedekah.
Itu tadi standar Illahi, gaes. Nggak perlu cantik untuk terlihat menarik. Karena Allah cuma lihat amal, takwa, bukan fisik.
Nggak perlu nunggu kaya untuk mengeluarkan sedekah. Karena kekayaan di dunia mah cuma titipan doang. Allah mau ngambil kapan aja? Bisa.
Dan, ga perlu berasal dari keluarga "wow" buat melangsungkan hidup. Banyak kisah yang bisa diambil hikmahnya. Bagaimana anak petani miskin bisa lulus kuliah. Bagaimana anak pemulung jadi pengusaha sukses.
Ah, tak perlu memusingkan standar dunia. Cukup jalani hidup dengan sebaik-baiknya. Jadikan Allah tumpuan utama. Tempat mencari ketenangan, kedamaian, serta ketentraman.
Tulisan ini teruntuk mereka yang merasa "unperfect". Bersabar saja dan jalani hidup dengan standar Illahi. Tegakkan kepala dan katakan: "Ah, ini bukan masalah!"
Menyedihkan tahu, ketika bertemu dengan orang yang masih memakai "standar" itu. Trus orang macam guweh langsung masuk ke daftar eliminasi gitu?
Yep.
Masuk ke daftar eliminasi orang-orang yang memang tidak kita butuhkan dalam hidup. Right? Hidup kita sudah terlalu berat jika harus ditambah dengan orang-orang semacam itu. Sudah, mari bersabar dan lanjutkan hidup.
Standar dunia itu tadi, jika dipikirkan memang akan membuat kepala pecah. Tapi, jika imbangi dengan standar Ilahi #eaaa maka akan terlihat jelas perbedaannya. Jauh. Sangat jauh.
Mari kita berpikir. Bagaimana bisa senyum bisa disebut sebagai sedekah? Secara makna, sedekah itu menyisihkan materi. Lha senyum? Nggak perlu keluar materi.
Sholat dhuha. Jika dilakukan, 4 rekaat saja, pun termasuk mengeluarkan sedekah.
Itu tadi standar Illahi, gaes. Nggak perlu cantik untuk terlihat menarik. Karena Allah cuma lihat amal, takwa, bukan fisik.
Nggak perlu nunggu kaya untuk mengeluarkan sedekah. Karena kekayaan di dunia mah cuma titipan doang. Allah mau ngambil kapan aja? Bisa.
Dan, ga perlu berasal dari keluarga "wow" buat melangsungkan hidup. Banyak kisah yang bisa diambil hikmahnya. Bagaimana anak petani miskin bisa lulus kuliah. Bagaimana anak pemulung jadi pengusaha sukses.
Ah, tak perlu memusingkan standar dunia. Cukup jalani hidup dengan sebaik-baiknya. Jadikan Allah tumpuan utama. Tempat mencari ketenangan, kedamaian, serta ketentraman.
Tulisan ini teruntuk mereka yang merasa "unperfect". Bersabar saja dan jalani hidup dengan standar Illahi. Tegakkan kepala dan katakan: "Ah, ini bukan masalah!"
Komentar
Posting Komentar