Langsung ke konten utama

Derita Punya Wajah "Yah, Mau Gimana Lagi?"


Kalo boleh memilih, pastilah manusia memilih yang paling baik di antara yang baik-baik. Antara jodoh, rezeki, orangtua, bakat, dan sebagainya. Jodoh, semua pasti ingin segera mendapat jodoh. Segera bertemu jodoh. Apalagi di usia yang sudah ‘waktunya’ bertemu jodoh. Rezeki, semua juga pasti ingin rezeki yang baik. Rezeki yang luas. Orangtua, tentunya kita juga ingin mempunyai orangtua yang ‘keren’. Pintar, kaya, sayang sama kita. Bakat, pasti. Pasti semua orang ingin punya bakat. Apalagi bakat yang bisa membawa diri menjadi ‘berarti.’

Hmm ... belum bertemu jodoh, bukan akhir segalanya. Toh, jodoh hanya sekelumit cerita dari keseluruhan cerita hidup kita. Hanya secuil, tak etis jika hidup hanya dipusatkan dalam hal yang sifatnya secuil ini.

Hmm ... Rezeki. Walau pas-pasan, tapi tak pernah kelaparan. Toh, rezeki Allah yang atur. Kalo kita mau meminta, pasti dikasih. Nah masalahnya, kita sudah meminta apa belum?

Orangtua? Hmm ... walau tidak berpendidikan tinggi, hidup pas-pasan, tapi alhamdulillah orangtua sayang sama kita. Kita mau pake jilbab nggak dilarang. Kita ikut majelis ilmu nggak dicurigai. Kita mengajak teman yang notabene berjilbab besar ke rumah, ortu menyambut dengan ramah. Nikmat Tuhan mana lagi yang masih kau risaukan?

Bakat. Setiap orang sejatinya punya bakat. Namun tidak semua orang mau ‘tahu’ bakat apa yang dia punya. Jadi, salah siapa? Salah diri yang tidak mau tahu potensi diri.

Punya wajah jelek? Nggak masalah. Toh, jelek itu penilaian yang dibuat manusia. Kalo menurut Allah sih, wajah yang ada sekarang ini sudah sebaik-baik bentuk. Sudah yang paling sempurna. Nanti kalo dianeh-anehin malah orang ngelihatnya aneh. Nggak natural. Segala sesuatu yang tidak asli kan pasti palsu. Hihi ...

Sering dibilang punya wajah jelek, judes, bawaannya badmood, dll.? Ah, ignore aja. Toh, itu emang jatah yang udah Allah kasih sama kita. Masa iya mau protes sama yang punya Kuasa? Kan nggak etis.

Jadi, inti dari semua ini hanya dua: ikhlas dan bersyukur. Allah nggak ngelihat tampang kok. Allah nggak ngelihat berapa jumlah kekayaan kok. Allah nggak ngelihat kamu anak siapa kok. Allah nggak ngelihat bakat apa kok. Yang Allah lihat cuma satu: apa amalmu?

Amalan apa yang bisa kamu laporkan sama DIA. Diberi umur sampai sejauh ini, amalan apa yang sudah kamu kerjakan? Amalan andalan apa yang bisa mengalirkan pahala yang konsisten ke pundi-pundi pahalamu?

^_^ Aku sering lho dibilang wajahnya jelek. Suka moody. Orangnya judes. Pertama-tama sih, aku memikirkan apa kata mereka. Tapi, lama-lama kok capek juga. Akhirnya, aku belajar cuek. Membiasakan diri dengan menerima ‘ejekan’ tersebut dengan besar hati. Mungkin mereka nggak maksud ngeledek. Mungkin mereka ngomong kayak gitu karena ‘terganggu’ dengan tampangku yang emang kayak gini. Nggak cantik, nggak cute, tapi judes. Hahaha ...

Pada suatu hari, aku ambil cermin. Aku lihat bayanganku di sana. Hmm ... emang bener. Aku nggak cantik. Kalo nggak senyum, emang kelihatan jadi orang judes gitu sih. Aku sempat minder. Sampai pikiran negatif perlahan menghantui. Jadi males kalo diajak foto temen. Karena di antara semua, aku yang punya face paling jelek.

Tapi, tunggu dulu. Ada Allah. Ada Allah. Nggak mungkin Allah mau ngasih yang paling jelek buat kira. Semua sudah diatur. Semua sudah diukur. Jadi, nggak mungkin penciptaanku ngawur.

Hehe ... maka sejak saat itu, karena aku udah tahu di mana letak ‘kekuranganku’, aku pun memperbanyak senyum. Jadi, sebenarnya mereka nggak salah. Kita pun nggak salah. Yang salah adalah ‘pola pikir’nya. Kalo kita ikutan sebel sama yang ngatain kita bla bla bla, lhah, kita sama aja dong sama mereka.

Jadi, always be positive ajah yah. Keep IKHLAS and BERSYUKUR!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AWE SAMBAT #4

  Tuhan, pengen nabung nih. Banyak yang pengen saya lakukan. Butuh banyak uang. Boleh minta kerjaan? Tuhan pun ngasih kerjaan. . . Orang sukses: Alhamdulillah, ada kerjaan. Kerja kerja kerja! Selesai. Me: Alhamdulillah, ada kerjaan. Tapi, nanti aja deh. Lagi mager. Besoknya. DL masih lama. Ntar aja. Besoknya lagi. Ntar aja pas mepet DL. Pas udah DL. Ya ampun, gimana nih? Ak kudu mulai dari mana? *** Kaya gitu kok suka ngeluh hidup "cuma gitu-gitu aja". Flat. Monoton. Ya emang kamunya (kamu, We) ga ada aksi. Ga mau berubah. Udah gitu masih bisa senyam-senyum pula. Gila!

TERNYATA, SAYA ADALAH MANUSIA BUSUK BAGI BEBERAPA ORANG

Pernah ga sih merasa bahwa di dalam hidupmu yang kamu pandang baik-baik saja itu, ternyata kamu busuk bagi beberapa orang? Tanpa sengaja sikap, tutur, atau tulisanmu menyinggung yang lain. Itu yang sedang saya renungi sekarang. Jangan-jangan ... sering orang tersinggung dengan apa yang saya lakukan, apa yang saya tampilkan, apa yang saya tuliskan? Berkaca pada hubungan sosial saya dengan lingkungan. Ada teman yang bersikap B aja selayaknya teman. Ada yang memperlakukan saya bak senior. Dan ... ada yang dingin sama saya. Dan saya ingin membicarakan yang bersikap dingin sama saya ini. Saat pertama menyadari sikapnya, saya begitu benci. Saya pikir, "Kenapa ni anak kok beda banget klo sama saya? Sama yang lain bersikap B aja. Tapi klo sama saya kok serasa ada tembok tinggi? Kaku." Saya menyalahkan dia. Saya menyalahkan sikapnya. Sampai akhirnya, sampailah di pemikiran: Eh, kayaknya yang salah saya deh. Jangan-jangan, selama ini saya memperlakukan

BACKPAKER KE NEGERI JIRAN: MALAYSIA

Hai, hai, halo. Mau cerita tipis-tipis nih tentang "petualangan" saya ke Negeri Jiran dua tahun lalu. Iya, tahun lalu. Tapi, baru sempet nulisnya sekarang. Hahahaha. Kelihatan banget malesnya. Alhamdulillah, salah satu mimpi masa kecil #haish tercapai juga. Dari kecil saya tuh ngefans banget sama Riani Djangkaru. Si cewek tomboy, suka dolan, setrong, dan UWOW bangetlah di mata saya. Dulu doi jadi "pemeran utama" program JEJAK PETUALANG. Weslah, ya, intermezonya. Setelah paspor dan tiket ada di tangan, berangkatlah saya dan 5 temen saya ke Negeri Jiran. Kami berenam cewek semua. Tiga berangkat dari Solo, satu dari Surabaya, dan dua dari Jakarta. Kami berkumpul dan berangkat dari Bandara Soetta. Berangkat tengah malam, jadilah kami ngompreng dulu di Soetta. Maklum, janjian ketemuan jam 8 malam. Pesawat berangkat 00.30. Kan mayan kan ngomprengnya. Ngobrol ngalor-ngidul. Hingga datanglah waktu kudu antre panjang buat pemeriksaan tiket sama paspor. Alhamdulillah, s