Kalo boleh memilih, pastilah manusia memilih yang paling baik di antara yang baik-baik. Antara jodoh, rezeki, orangtua, bakat, dan sebagainya. Jodoh, semua pasti ingin segera mendapat jodoh. Segera bertemu jodoh. Apalagi di usia yang sudah ‘waktunya’ bertemu jodoh. Rezeki, semua juga pasti ingin rezeki yang baik. Rezeki yang luas. Orangtua, tentunya kita juga ingin mempunyai orangtua yang ‘keren’. Pintar, kaya, sayang sama kita. Bakat, pasti. Pasti semua orang ingin punya bakat. Apalagi bakat yang bisa membawa diri menjadi ‘berarti.’
Hmm ... belum bertemu jodoh,
bukan akhir segalanya. Toh, jodoh hanya sekelumit cerita dari keseluruhan
cerita hidup kita. Hanya secuil, tak etis jika hidup hanya dipusatkan dalam hal
yang sifatnya secuil ini.
Hmm ... Rezeki. Walau pas-pasan,
tapi tak pernah kelaparan. Toh, rezeki Allah yang atur. Kalo kita mau meminta,
pasti dikasih. Nah masalahnya, kita sudah meminta apa belum?
Orangtua? Hmm ... walau tidak
berpendidikan tinggi, hidup pas-pasan, tapi alhamdulillah orangtua sayang sama
kita. Kita mau pake jilbab nggak dilarang. Kita ikut majelis ilmu nggak
dicurigai. Kita mengajak teman yang notabene berjilbab besar ke rumah, ortu
menyambut dengan ramah. Nikmat Tuhan mana lagi yang masih kau risaukan?
Bakat. Setiap orang sejatinya
punya bakat. Namun tidak semua orang mau ‘tahu’ bakat apa yang dia punya. Jadi,
salah siapa? Salah diri yang tidak mau tahu potensi diri.
Punya wajah jelek? Nggak masalah.
Toh, jelek itu penilaian yang dibuat manusia. Kalo menurut Allah sih, wajah
yang ada sekarang ini sudah sebaik-baik bentuk. Sudah yang paling sempurna. Nanti
kalo dianeh-anehin malah orang ngelihatnya aneh. Nggak natural. Segala sesuatu
yang tidak asli kan pasti palsu. Hihi ...
Sering dibilang punya wajah
jelek, judes, bawaannya badmood, dll.? Ah, ignore aja. Toh, itu emang jatah
yang udah Allah kasih sama kita. Masa iya mau protes sama yang punya Kuasa? Kan
nggak etis.
Jadi, inti dari semua ini hanya dua: ikhlas dan bersyukur. Allah nggak ngelihat tampang kok. Allah nggak ngelihat
berapa jumlah kekayaan kok. Allah nggak ngelihat kamu anak siapa kok. Allah nggak
ngelihat bakat apa kok. Yang Allah lihat cuma satu: apa amalmu?
Amalan apa yang bisa kamu
laporkan sama DIA. Diberi umur sampai sejauh ini, amalan apa yang sudah kamu
kerjakan? Amalan andalan apa yang bisa mengalirkan pahala yang konsisten ke
pundi-pundi pahalamu?
^_^ Aku sering lho dibilang
wajahnya jelek. Suka moody. Orangnya judes. Pertama-tama sih, aku memikirkan
apa kata mereka. Tapi, lama-lama kok capek juga. Akhirnya, aku belajar cuek. Membiasakan
diri dengan menerima ‘ejekan’ tersebut dengan besar hati. Mungkin mereka nggak
maksud ngeledek. Mungkin mereka ngomong kayak gitu karena ‘terganggu’ dengan
tampangku yang emang kayak gini. Nggak cantik, nggak cute, tapi judes. Hahaha ...
Pada suatu hari, aku ambil cermin. Aku lihat bayanganku di sana. Hmm ... emang bener. Aku nggak cantik. Kalo nggak senyum, emang kelihatan jadi orang judes gitu sih. Aku sempat minder. Sampai pikiran negatif perlahan menghantui. Jadi males kalo diajak foto temen. Karena di antara semua, aku yang punya face paling jelek.
Tapi, tunggu dulu. Ada Allah. Ada Allah. Nggak mungkin Allah mau ngasih yang paling jelek buat kira. Semua sudah diatur. Semua sudah diukur. Jadi, nggak mungkin penciptaanku ngawur.
Hehe ... maka sejak saat itu, karena aku udah tahu di mana letak ‘kekuranganku’, aku pun memperbanyak senyum. Jadi, sebenarnya mereka nggak salah. Kita pun nggak salah. Yang salah adalah ‘pola pikir’nya. Kalo kita ikutan sebel sama yang ngatain kita bla bla bla, lhah, kita sama aja dong sama mereka.
Pada suatu hari, aku ambil cermin. Aku lihat bayanganku di sana. Hmm ... emang bener. Aku nggak cantik. Kalo nggak senyum, emang kelihatan jadi orang judes gitu sih. Aku sempat minder. Sampai pikiran negatif perlahan menghantui. Jadi males kalo diajak foto temen. Karena di antara semua, aku yang punya face paling jelek.
Tapi, tunggu dulu. Ada Allah. Ada Allah. Nggak mungkin Allah mau ngasih yang paling jelek buat kira. Semua sudah diatur. Semua sudah diukur. Jadi, nggak mungkin penciptaanku ngawur.
Hehe ... maka sejak saat itu, karena aku udah tahu di mana letak ‘kekuranganku’, aku pun memperbanyak senyum. Jadi, sebenarnya mereka nggak salah. Kita pun nggak salah. Yang salah adalah ‘pola pikir’nya. Kalo kita ikutan sebel sama yang ngatain kita bla bla bla, lhah, kita sama aja dong sama mereka.
Jadi, always be positive ajah
yah. Keep IKHLAS and BERSYUKUR!
Komentar
Posting Komentar