Langsung ke konten utama

Tentang Seorang Teman yang Selalu Bikin Banjir Air Mata Setiap Kali Mengingatnya

Percayalah, saat saya menulis ini, saya sedang di kantor. Hujan deras. Hujan di luar, hujan pula mata saya. Ketika ... saya mengingat sosok ini.

Seorang teman, cancerian, yang susah marah, jarang suuzon, yang selalu menjadi teman yang bisa diandalkan. 

Apakah gerangan yang dia perbuat hingga bikin saya mewek tiap kali mengingatnya?

Dia adalah seorang teman yang berani melayat bapak. Bukan, bukan saya mau menjelek-jelekkan yang lain. Karena saya paham, teman saya tak banyak. Pun, teman-teman yang dekat dengan saya waktu itu memang berhalangan datang. Dan saya katakan kepada mereka: NGGAK APA-APA GES, MINTA DOANYA BUAT BAPAK. SAAT INI TAK ADA YANG LEBIH BAIK DARI DOA. 

Hanya saja, saya tersentuh dengan satu teman ini. Ketika saya bilang kepada teman lain: iya, ndak apa-apa, doanya, ya. Sebagai manusia biasa, saya tak munafik, tak akan menampik, bahwa ... jauh di lubuk hati saya, saya bahagia saat ada teman yang ‘berani’ datang ke rumah.

Sungguh. Ini bukan untuk menyudutkan teman lain. Saya menulis ini hanya untuk berterima kasih kepada teman ini. Yang datang dari jauh. Membawa sekotak vitamin yang isinya tidak habis-habis walau saya dan ibu minum tiap hari.

Yang dari sejak dia datang sampai akhirnya dia pamit pulang, mau menjadi pendengar baik saya. Mendengar segala curahan hati saya. 

Terima kasih, kamu. Yang sudah menyempatkan diri melayat bapak. Yang secara tidak sengaja, pas perjalanan melayat, di jalan ketemu bapak. Ketemu ambulance bapak. 

Ah, air mata makin deras saja. Sederas hujan di luar sana.

Terima kasih. Terima kasih banyak. Kedatanganmu sungguh menguatkan. Caramu mendengar segala keluh kesahku sungguh membuat haru.

Kalian pasti punya teman seperti itu. Yah, begitulah rasanya. Saat ada sosok yang mau berperan sebagai 'kantong-kantong sampah' kita. Melegakan seusai cerita.

Bahkan tak berhenti di situ. Setiap kali saya menulis tentang bapak, menulis tentang keluh kesah di dunia tipu-tipu ini di blog, dia selalu menyempatkan diri membaca. Selalu menjadi orang pertama yang mengapreasiasi. Yang selalu bilang: Tulis lah yang banyak, kumpulkan, lalu bukukan (walau saya tak yakin kelak ada yang mau menerbitkan πŸ˜€πŸ™ˆ)

Saya pelupa. Oleh karenanya, saya abadikan perannya saat saya terpuruk ke dalam sebuah tulisan. Agar kelak, bisa saya baca kembali. Saya ingat kembali. Segala kebaikan yang sudah dia berikan kepada diri ini.


Semoga kebaikan-kebaikan yang telah kau lakukan segera kembali kepadamu. Dipercepat takdir baikmu.

Untuk doa, semangat, dan dukungan oleh teman-teman lain, insyaallah juga akan saya tulis di tulisan lain. Sebagai pengingat, walau saya bukan orang baik, walau teman saya tak banyak. Namun, banyak tangan baik yang mengelus, menepuk, dan mengusap air mata saya.

Tunggu tulisan lainku, yang akan bercerita tentang kalian, ya!


Tak ketinggalan ...

I <3 U, CANCERIAN.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banyak Ditentang, Sebenarnya Childfree Itu Sebuah Ancaman Atau Ketidaksiapan Atas Perbedaan?

Ada netizen yang upload foto anaknya 24/7, society fine-fine saja. Namun, ketika ada seorang netizen upload pendapat pribadi, di lapak sendiri, testimoni pribadi pula, dianggap sebagai ancaman. Yakni seseorang yang memilih Childfree!!! Padahal kalau dipikir-pikir,  manusia itu makhluk dinamis. Apa yang dipikirkan detik ini, belum tentu lima menit berikutnya masih disepakati. Manusia itu makhluk terlabil sedunia, Beb. 😁 No offens, ya Ges ya. Ak cuma menyoroti kenapa kita enggak siap menerima perbedaan. Soal perlakuan bar-bar Gitasav juga, pernah enggak kalian riset atau apa, ya, istilahnya, merenung #halah kenapa seorang Gitasav bisa sebrutal itu ke netizen? Lelahkah ida? Karena jauuuuh sebelum masalah childfree, ada soal ‘stunting’ juga yang dia sebut, dia juga sudah sering diserang dan dikata-katain. Hehe Istilahnya, ojo jiwit yen ora gelem dijiwit. Pas Gitasav nyerang balik, eh, netijen baper ✌️🫢🏻 Eh, ini saya bukan lagi membela ea. Cuma mencoba melihat dari 2 sisi. Soalny...

KENAPA ORANG LEBIH SUKA NGASIH NASIHAT KETIMBANG SEMANGAT?

 Netijen: Lebay banget sih, gitu aja distatusin? Lo kere ya? Sampai ga bisa makan? Me: Anjay. πŸ˜‚ Cara tiap orang mengelola emosi, cara orang menghadapi masalah diri, cara orang untuk 'ngomong' itu beda-beda keleus. Kalau kamu tipe penyabar, tipe diem doang saat dihadapkan sama masalah yang sama kaya saya, ya monggo. Dipersilakan. Saya malah salut. Karena orang sabar disayang Tuhan. Saya punya cara sendiri. Urusan ga sabar, urusan ga disayang Tuhan, itukan hak prerogatif Tuhan.  Kasus beda perlakuan, beda cara memperlakukan warga, tetangga, itu udah jadi persoalan klasik di setiap masyarakat. Hambok deloken chat di WhatsApp ku. Isine wong do curhat. Cuma mereka orangnya sabar, jadi diem aja.  Saya ga masalah kok engga dapat beras, engga dapat sembako, saya punya duit. Alhamdulilah.  Yang jadi masalah adalah ... beda perlakuan. Kenapa harus membeda-bedakan? Berarti kasus ada tetangga mati sampai berhari-hari itu karena kasus kaya gini? Alhamdulillahnya, kemarin Pak RT ...

AWE SAMBAT #4

  Tuhan, pengen nabung nih. Banyak yang pengen saya lakukan. Butuh banyak uang. Boleh minta kerjaan? Tuhan pun ngasih kerjaan. . . Orang sukses: Alhamdulillah, ada kerjaan. Kerja kerja kerja! Selesai. Me: Alhamdulillah, ada kerjaan. Tapi, nanti aja deh. Lagi mager. Besoknya. DL masih lama. Ntar aja. Besoknya lagi. Ntar aja pas mepet DL. Pas udah DL. Ya ampun, gimana nih? Ak kudu mulai dari mana? *** Kaya gitu kok suka ngeluh hidup "cuma gitu-gitu aja". Flat. Monoton. Ya emang kamunya (kamu, We) ga ada aksi. Ga mau berubah. Udah gitu masih bisa senyam-senyum pula. Gila!