Langsung ke konten utama

Apa yang Terjadi dengan Mereka yang Ditinggal Mati?

Rindu.

Sudah lebih dari empat puluh hari setelah bapak pergi. Rasanya ... Cuma kaya ditinggal bapak piknik. Rasanya, suatu hari nanti bapak akan kembali. 

Berharap tiba-tiba bapak muncul di depan pintu. Suara motor smash-nya kedengeran dari jauh seperti biasa. Lalu motor diparkir di depan pintu. Bapak pun masuk, dengan senyum ramahnya.

Bapak, bapak nggak kangen akukah?


....


Seperti ada yang hilang. 

Seperti ada yang kosong.

Seperti ada yang kurang.


....


Lalu ... rindu tiba-tiba datang menggebu. Baik yang kurasa, maupun ibu. Bapak yang kemarin masih cerewet, yang suaranya keras, yang suka bercengkerama sama anak-anak kecil, tiba-tiba hilang begitu saja. Tak ada raganya. Tak bisa dipegang. Tak bisa bertatap muka.

Apa bapak sedang menatap kami?


....


Kepergian bapak membuatku menjadi berpikir kembali tentang hidup. Dulu, saat mendengar kalimat: URIP KUWI GUR MAMPIR NGOMBE (hidup itu cuma mampir minum), nggak terlalu ngeh. Tak terlalu nggagas. Pas bapak udah nggak ada: KOK HIDUP TUH KAYAK MIMPI YA?

Apa-apa yang terjadi di masa lalu, serasa mimpi.

Apa yang sudah dilalui, apa yang sudah dirasakan, apa yang sudah dilewatkan.

Kok kaya nggak ada jejaknya?

Kok tiba-tiba semua berubah?

Laiknya kita bermimpi. Ada yang kemudian kita ingat, ada yang hilang begitu saja. 

Kemarin, kemarin lusa.

Minggu kemarin, bulan kemarin, tahun kemarin.

Dan waktu-waktu yang telah berlalu ....

Terasa hilang begitu saja.

Semua yang telah dilalui kemudian diganti dengan apa yang akan kita alami hari ini. Tergantikan dengan apa yang akan terjadi esok hari. Kemudian kita akan dibuat sibuk hari ini, esok hari, lusa nanti.

Segala hal yang sudah terjadi, kemudian menghilang pergi.


....


Saat ada orang mati, orang-orang di luar sana berbondong-bondong mengirim simpati. Namun, itu hanya bertahan beberapa hari. Setelahnya, yang ditinggal pergi, merasakan sepi. Ada yang hilang. Ada yang kurang. 

Sedih sendirian.

Kecewa sendirian.

Berdoa sendirian.

Menangis sendirian.


....


Setelah ditinggal bapak pergi, aku pun mulai berpikir bahwa: Ah, memang tak ada yang abadi. Tak ada sesuatu yang kekal sampai akhir dunia nanti. Segala hal akan diganti. Akan mendapat ganti. Kemudian dilupakan begitu saja.

Lantas, apa sebenarnya ujung dari hidup ini?

Untuk apa aku membenci orang? Jika akhirnya aku mati, begitupun dengan orang yang aku benci.

Untuk apa aku berpayah-payah bekerja? Jika akhirnya aku mati, dan apa pun yang aku kejar selama ini, kutinggal begitu saja.

Untuk apa aku harus bersedih atas hal-hal remeh?

Untuk apa aku harus berpikir mendalam atas perasaan-perasaan kecewaku atas orang lain?

Untuk apa aku merasa sakit atas perlakuan orang lain?

Untuk apa aku sedih karena kesepian?

Untuk apa aku membandingkan hidupku dengan orang lain?

Motor bapak, pakaian bapak, kasur bapak, kacamata bapak, semuanya ditinggal di sini. Tak ada yang bapak bawa.

Kenapa tidak mencoba: BAIK, AKU AKAN BAHAGIA HARI INI. HARI INI AKU TIDAK MAU MEMBENCI LAGI, HARI INI AKU TIDAK MAU KECEWA ATAS EKSPEKTASI-EKSPEKTASIKU SENDIRI, HARI INI AKU TIDAK MAU MENYAKITI DIRI SENDIRI, HARI INI AKU TIDAK AKAN MENGIZINKAN HATIKU MERASA SAKIT DAN KECEWA ATAS PERLAKUAN ORANG.

Hari ini aku akan bahagia untuk diriku, dan ibuku.

Hari ini aku akan tetap mendoakan bapak.

Hari ini ... aku akan memberikan senyum terbaikku. Untuk diriku sendiri.


....


Kematian, bisa jadi adalah batas pertemuan antarmanusia di dunia.

Kematian, bisa jadi adalah jembatan agar manusia sadar bahwa tak ada yang abadi di dunia.

Kematian, bisa jadi adalah awal dari sebuah kehidupan yang sebenarnya.

Bagi yang ditinggal pergi, kematian adalah sebuah KONTEMPLASI.

Akan ada banyak perenungan-perenungan.

Akan ada pola pikir yang berubah.

Akan ada awal baru.

Takdir baru.

Langkah baru.


....


Untuk aku, kamu, dia, dan mereka yang ditinggal pergi ... Tuhan sedang menempa mentalmu, mengujimu, dan melihat ... SEBERAPA MAMPU KAMU? APAKAH PANTAS KAMU NAIK TINGKAT? ATAU CUMA JADI MANUSIA GINI-GINI AJA YANG MENYERAH DENGAN KEADAAN? ENGGAN BERGERAK MAJU DAN TERUS MERATAPI KESEDIHAN?




Komentar

  1. Semoga anak bapak yang manis selalu bahagia ya, karna bapak tersenyum memandangnya di atas sana :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Well said. Kuterharu. Makasiiii Mbaaaaaaakkk 😭😭😘

      Hapus
  2. Kamu manusia terpilih, Yuk. Naik tingkat yang lebih keren. Semoga dimudahkan segalanya.

    BalasHapus
  3. Aaaa... basah juga ini pipi setelah sebelumnya tetesnya hanya tertampung di kacamata..

    Perasaan yg sama mba ayuk. Bahkan semua impian saya ikut terkikis dan rasanya kayak tdk ada artinya πŸ˜”

    Limbung masih terasa sampai saat ini. Ibarat anak kecil yg sedang latian jalan yg berapa menit bs menggerakkan kakinya selangkah dua langkah kemudian harus tersungkur kembali..

    Tapi, kesendirian kadang menjadi suasana yg sangat dirindukan karena di dalamnya kita mjd tau ternyata memang tdk pantas kita mengandalkan siapa2 termasuk diri ini sendiri. walau seringnya berbalut tangisan.

    Keep smile mb ayuk ❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyaallah dek. Tulisanmu indah banget. Kami termasuk yang ikut menguatkan mbak Ayuk, karena ujianmu lebih besar. ❤️ Terima kasih sudah sempat hadir di masa lalu. Inilah tujuan Allah mempertemukan kita dek. Sukses terus untukmu. Insyaallah ada kejutan di ujung jalan nanti, ya. ❤️❤️❤️❤️

      Hapus
    2. Aamiin yaa robbal 'alamiin..

      Saya suka bikin narasi dan puisi mb ayuk. Yaa walaupun kadang diksinya nggak indah indah amat. Hehe.. Tapi saat ujian itu datang dan merenggut orang2 terkasih. Sampe sampe saya tidak bisa melakukan itu. sepatah katapun saya tdk bs rangkai. Padahal kalau sedih biasanya suasana yg mendukung untuk bersajak..

      Se dalam itu ya mbak ternyata efeknya

      Hapus
    3. semangat yok.
      biar bisa nulis lagi.

      Hapus
    4. Saya berguru ke mba ayuk yaa ❤

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banyak Ditentang, Sebenarnya Childfree Itu Sebuah Ancaman Atau Ketidaksiapan Atas Perbedaan?

Ada netizen yang upload foto anaknya 24/7, society fine-fine saja. Namun, ketika ada seorang netizen upload pendapat pribadi, di lapak sendiri, testimoni pribadi pula, dianggap sebagai ancaman. Yakni seseorang yang memilih Childfree!!! Padahal kalau dipikir-pikir,  manusia itu makhluk dinamis. Apa yang dipikirkan detik ini, belum tentu lima menit berikutnya masih disepakati. Manusia itu makhluk terlabil sedunia, Beb. 😁 No offens, ya Ges ya. Ak cuma menyoroti kenapa kita enggak siap menerima perbedaan. Soal perlakuan bar-bar Gitasav juga, pernah enggak kalian riset atau apa, ya, istilahnya, merenung #halah kenapa seorang Gitasav bisa sebrutal itu ke netizen? Lelahkah ida? Karena jauuuuh sebelum masalah childfree, ada soal ‘stunting’ juga yang dia sebut, dia juga sudah sering diserang dan dikata-katain. Hehe Istilahnya, ojo jiwit yen ora gelem dijiwit. Pas Gitasav nyerang balik, eh, netijen baper ✌️🫢🏻 Eh, ini saya bukan lagi membela ea. Cuma mencoba melihat dari 2 sisi. Soalny...

KENAPA ORANG LEBIH SUKA NGASIH NASIHAT KETIMBANG SEMANGAT?

 Netijen: Lebay banget sih, gitu aja distatusin? Lo kere ya? Sampai ga bisa makan? Me: Anjay. πŸ˜‚ Cara tiap orang mengelola emosi, cara orang menghadapi masalah diri, cara orang untuk 'ngomong' itu beda-beda keleus. Kalau kamu tipe penyabar, tipe diem doang saat dihadapkan sama masalah yang sama kaya saya, ya monggo. Dipersilakan. Saya malah salut. Karena orang sabar disayang Tuhan. Saya punya cara sendiri. Urusan ga sabar, urusan ga disayang Tuhan, itukan hak prerogatif Tuhan.  Kasus beda perlakuan, beda cara memperlakukan warga, tetangga, itu udah jadi persoalan klasik di setiap masyarakat. Hambok deloken chat di WhatsApp ku. Isine wong do curhat. Cuma mereka orangnya sabar, jadi diem aja.  Saya ga masalah kok engga dapat beras, engga dapat sembako, saya punya duit. Alhamdulilah.  Yang jadi masalah adalah ... beda perlakuan. Kenapa harus membeda-bedakan? Berarti kasus ada tetangga mati sampai berhari-hari itu karena kasus kaya gini? Alhamdulillahnya, kemarin Pak RT ...

AWE SAMBAT #4

  Tuhan, pengen nabung nih. Banyak yang pengen saya lakukan. Butuh banyak uang. Boleh minta kerjaan? Tuhan pun ngasih kerjaan. . . Orang sukses: Alhamdulillah, ada kerjaan. Kerja kerja kerja! Selesai. Me: Alhamdulillah, ada kerjaan. Tapi, nanti aja deh. Lagi mager. Besoknya. DL masih lama. Ntar aja. Besoknya lagi. Ntar aja pas mepet DL. Pas udah DL. Ya ampun, gimana nih? Ak kudu mulai dari mana? *** Kaya gitu kok suka ngeluh hidup "cuma gitu-gitu aja". Flat. Monoton. Ya emang kamunya (kamu, We) ga ada aksi. Ga mau berubah. Udah gitu masih bisa senyam-senyum pula. Gila!