Ah, nggak bisa tenang. Takutnya yang habis baca tulisan sebelum ini, salah paham. Huhu. Masih dalam keadaan kedinginan seusai hujan-hujan, mencoba untuk menulis lagi. Wah, sehari 3x!!!
Sugoi!
Sosok-sosok yang insyaallah tak akan saya lupakan perannya, karena sudah berkenan ada untuk ibuk dan saya. Saat kami sama-sama rapuh.
Yang pertama, tentu saja saudara. Adik-adiknya ibuk. Yang saat saya dan ibuk dilarang beraktivitas di luar selama 14 hari, selalu siap sedia menjaga dan mengurus kami. Semua. Paklik, Bulik, sepupu-sepupu. Alhamdulillah rumah kami sebelahan. Satu kompleks. Bahkan yang agak jauh, langsung meluncur ke rumah saat tahu bapak masuk ruang ICU. Kalian pasti tahu betapa saya sangat mencintai kalian. ❤️
Karena setelah bapak nggak ada, saya dan ibuk masih menjadi fokus dan prioritas mereka.
Selanjutnya, ada chief editorku dulu. Yang setelah bapak masuk ruang isolasi, langsung tanya: Dek, bapak dirawat di ruang apa? Mau dibawain apa?
Yang setelah tahu saya dan ibuk wajib isolasi, juga tanya lagi: Dek, alamatmu mana?
Tetiba suatu hari datang lauk yang begitu banyaknya untuk dimakan berdua.
Sosok selanjutnya, Mbak yang sekarang nun jauh di sana. Yang sudah menjadi sahabat sejak saya SMA. Yang kehadirannya benar-benar mengubah saya. Mulai dari pola pikir, karakter. Gara-gara dia, saya yang sejak kecil pendiam, bisa jadi sosok celelekan. Dia yang membantu saya menemukan jati diri saya (yang receh, lebay, dan piye banget ini).
Selanjutnya, ada mbak-mbak baik hati sesama editor di penerbit tetangga. Yang selalu siap menjadi tempat sampah saya. Yang seringnya, mau malem, pagi, siang, sore, saya chat: Mbak, curhat. Dan meluncurlah kata-kata panjang. Wakakaka. Yang kadang saya bingung sendiri, ini saya lagi curhat atau bikin cerpen?
Mbak yang setelah bapak nggak ada, rutin tanya: gimana kabarmu? Kamu perlu apa?
Dan batiba dia kirim sepaket teh untuk teman meditasi dan healing.
Selanjutnya, dua tetangga cantik yang malem-malem ketok-ketok pintu. Wkwkwkw. Da pa neh? Ternyata ngasih semangat! Sembari ngasih sekantong gede camilan.
Selanjutnya, temen kantor dan istrinya yang super duper baik. Yang paginya chat-chatan, batiba di siang bolong ngirim camilan, padahal rumahnya jauh. Sampe rumah, ngasih camilan, tus balik kanan pulang. Moga makin samawa ya π€©
Selanjutnya, mantan temen kantor. Dua cewek manis nan baik hati. Love you, Guys.
Selanjutnya, temen-temen travelmate-ku. Yang H-1 lebaran batiba ada bapak Gojek di depan rumah. "Benar dengan Mbak Ayuk?" ❤️❤️
Selanjutnya, temen-temen travelmate yang terhalang jarak. Tapi kami tetap tersambung.
Seminggu setelah lebaran, temen kantor, dua cewek manis dateng ke rumah. Bersama para alumni kantor juga. π Mayanlah, bikin rumah rame.
Empat puluh hari setelah kepergian bapak, saudara-saudara bapak dari Jogja juga datang. Semobil penuh. Horeeeeee! Bisa bersua setelah sekian lama. Walau cara untuk ketemu harus didahului dengan kabar duka dahulu. Semoga silaturahmi terus terjalin sampai akhir hayat nanti. Dan jangan lupa, klo nanti saya nikah, Pakdhe atau Paklik yang jadi wali saya. πππ
Temen-temen di medsos yang sampai hari ini masih ngasih support, doa, canda tawa, ah, kalian. Gimana saya bisa ninggalin HP coba?
Banyak doa dari temen-temen di FB (yang saya nonaktifkan wkwkw), dari IG, WhatsApp, bahkan komen di Blog juga. Ai lup yuh. Percayalah, komentar-komentar kalian tuh punya energi untuk menguatkan. Serasa disetrum energi positif dari kalian.
Temen sekolah, temen kuliah, kakak tingkat, temen ketemu di medsos, tetangga, temen ketemu gede, dan kamu, kamu, kamu.
Iya, kalian. ❤️
Yang berhasil bikin saya bangkit. Menjadi penyemangat melaju ke chapter baru. Yang menutupi segelintir orang menyebalkan yang sempat datang. ππ
Ah, kalian. ❤️
Makasih. Makasih. Makasih.
.....
Komentar
Posting Komentar