Langsung ke konten utama

Let People Have Thought about You



Beberapa hari ini saya dibuat berpikir oleh ... Capek ternyata, melakukan pembelaan, pembenaran, menyanggah, membetulkan, pun bersungut-sungut bilang: EH, GA GITU.

Menjelaskan apa yang saya mau.
Menjelaskan apa yang saya tuju.

Ketika orang ga setuju, menyanggah, menolak, dan mencibir apa yang saya lakukan, apa yang saya pikirkan ... Lalu saya tersinggung, kemudian marah, menjelaskan dari A sampai Z kepada dia ...

Emm, capek.

Bahkan ketika sudah berhasil menjelaskan pun, hati ga tenang.

Hati masih dongkol.

Sampai akhirnya ... Saya sampai pada sebuah pemikiran. Yodahlah, let people have thought about me.

Toh, mereka sama kaya saya, punya otak.
Toh, mereka sama kaya saya, punya pikiran.
Toh, mereka sama kaya saya, punya pendapat.

Saya punya pendapat, saya bebas berpendapat. Begitu juga orang lain.

Mereka bebas berpendapat. Bebas beropini. Tapi, untuk kasus mencibir dan membully, memang saya belum bisa sepenuhnya memaklumi. Sering kali saya masih tersulut emosi, berpikir keras mencari balasan yang kalimat-kalimatnya berujung menyakiti.

Ah, betapa (sangat) busuknya saya.

Balik lagi ke kasus di atas.
Karena orang lain juga punya otak dan hati, Saya ga bisa memaksa mereka suka sama saya.
saya ga bisa memaksa mereka selalu suka sama saya.
Saya ga bisa memaksa mereka menghargai saya.
Saya ga bisa memaksa mereka mengiyakan apa mau saya.

Begitu juga ....

Mereka ga bisa memaksa saya untuk menyukai mereka.
Meraka ga bisa memaksa saya untuk selalu menyukai mereka.
Mereka ga bisa memaksa saya menghargai mereka.
Mereka ga bisa memaksa saya mengiyakan apa mau mereka.

Ga bisa.

Sangatlah benar kalimat bijak dari Sayyidina Ali berikut ini:
Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.

Sekali lagi ....
Let people have thought about you. Biarkan mereka berpikir APA SAJA tentang dirimu. Biarkan.

Karena disanggah sekali pun, gak akan pernah ada ujungnya. Mereka punya pandangan sendiri.

Yang bisa kita lakukan cuma mengontrol reaksi. Karena soal tersinggung atau tidak kan tergantung reaksi apa yang kita berikan. Jadi, biarkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AWE SAMBAT #4

  Tuhan, pengen nabung nih. Banyak yang pengen saya lakukan. Butuh banyak uang. Boleh minta kerjaan? Tuhan pun ngasih kerjaan. . . Orang sukses: Alhamdulillah, ada kerjaan. Kerja kerja kerja! Selesai. Me: Alhamdulillah, ada kerjaan. Tapi, nanti aja deh. Lagi mager. Besoknya. DL masih lama. Ntar aja. Besoknya lagi. Ntar aja pas mepet DL. Pas udah DL. Ya ampun, gimana nih? Ak kudu mulai dari mana? *** Kaya gitu kok suka ngeluh hidup "cuma gitu-gitu aja". Flat. Monoton. Ya emang kamunya (kamu, We) ga ada aksi. Ga mau berubah. Udah gitu masih bisa senyam-senyum pula. Gila!

TERNYATA, SAYA ADALAH MANUSIA BUSUK BAGI BEBERAPA ORANG

Pernah ga sih merasa bahwa di dalam hidupmu yang kamu pandang baik-baik saja itu, ternyata kamu busuk bagi beberapa orang? Tanpa sengaja sikap, tutur, atau tulisanmu menyinggung yang lain. Itu yang sedang saya renungi sekarang. Jangan-jangan ... sering orang tersinggung dengan apa yang saya lakukan, apa yang saya tampilkan, apa yang saya tuliskan? Berkaca pada hubungan sosial saya dengan lingkungan. Ada teman yang bersikap B aja selayaknya teman. Ada yang memperlakukan saya bak senior. Dan ... ada yang dingin sama saya. Dan saya ingin membicarakan yang bersikap dingin sama saya ini. Saat pertama menyadari sikapnya, saya begitu benci. Saya pikir, "Kenapa ni anak kok beda banget klo sama saya? Sama yang lain bersikap B aja. Tapi klo sama saya kok serasa ada tembok tinggi? Kaku." Saya menyalahkan dia. Saya menyalahkan sikapnya. Sampai akhirnya, sampailah di pemikiran: Eh, kayaknya yang salah saya deh. Jangan-jangan, selama ini saya memperlakukan

BACKPAKER KE NEGERI JIRAN: MALAYSIA

Hai, hai, halo. Mau cerita tipis-tipis nih tentang "petualangan" saya ke Negeri Jiran dua tahun lalu. Iya, tahun lalu. Tapi, baru sempet nulisnya sekarang. Hahahaha. Kelihatan banget malesnya. Alhamdulillah, salah satu mimpi masa kecil #haish tercapai juga. Dari kecil saya tuh ngefans banget sama Riani Djangkaru. Si cewek tomboy, suka dolan, setrong, dan UWOW bangetlah di mata saya. Dulu doi jadi "pemeran utama" program JEJAK PETUALANG. Weslah, ya, intermezonya. Setelah paspor dan tiket ada di tangan, berangkatlah saya dan 5 temen saya ke Negeri Jiran. Kami berenam cewek semua. Tiga berangkat dari Solo, satu dari Surabaya, dan dua dari Jakarta. Kami berkumpul dan berangkat dari Bandara Soetta. Berangkat tengah malam, jadilah kami ngompreng dulu di Soetta. Maklum, janjian ketemuan jam 8 malam. Pesawat berangkat 00.30. Kan mayan kan ngomprengnya. Ngobrol ngalor-ngidul. Hingga datanglah waktu kudu antre panjang buat pemeriksaan tiket sama paspor. Alhamdulillah, s