Langsung ke konten utama

Rabu Horor: Hampir Kehilangan Ibuk

 


Lemme tell u a story Ges πŸ˜…

Jadi, beberapa hari yang lalu, aku hampir kehilangan ibukku.

Alhamdulillah, sekarang ibuk udah bisa (dan lagi) ngobrol sama Mbah Surati. Lagi flashback ke beberapa waktu yang lalu saat ibuk kehilangan kesadaran. πŸ₯ΉπŸ«ΆπŸ»

Tepat sebulan lalu aku n ibuk baru tahu kalau ibuk kena diabetes. Sebenarnya tanda-tandanya udah ada sejak lama, seperti sering pipis, ngantukan, pandangan mulai mblawur, gigi renggang dan pada copot. Akhirnya karena ibuk mulai lemes dan sempet kena neuropati (tangannya gerak2 sendiri) alhamdulillah mau periksa. Aku bawa ke Puskesmas. Dan well, pas dicek hasil labnya: gula darahnya lumayan tinggi. 529.

Dan … tentu sebagai manusia (sedikit) perfeksionis tapi overthinking-an, saya langsung menyingkirkan segala jenis gula di rumah. Lalu beli gula khusus penderita diabet.

Tapi, ya, namanya manusia strict, saya mengaku salah. Salah mengontrol gula. Salah mengatur pola makan ibuk.

Gara2 terlalu strict, ibuk jadi kekurangan gula.

Dan akibatnya, hari Rabu siang (kemarin), saya  ditelepon orang rumah, disuruh segera pulang.


Pas sampai rumah, keluarga udah ngumpul. Ada yang ngolesin minyak, ada yang mijetin ibuk, ada yang cuma duduk di samping karena bingung mau ngapain.

Pas liat kondisi ibuk, saya lemes. Akhirnya cuma bisa mewek sambil berteriak: ibukku kenapaaaaa? Ibukku kok kaya giniiii, ibuk kenapaaaaa????

Kondisi ibuk matanya melotot dan gereng2 ga jelas. Badan udah dingin. Diajak ngomong ga bisa. Ga nyahut.

Alhamdulillah. Alhamdulillah. Sampai RS langsung ditangani dengan baik.

(Matur nuwun perawat dokter petugas kebersihan dll dst RS PKU Sampangan, the best!!!)

Mungkin karena waktunya pas. Pas ibuk kehilangan kesadaran, pas sepupuku ke rumahku (Mumtaz, I ❤️ u to the moon and back, ingat-ingat ya Taz, di umurmu yang baru 10 th, kamu udah jadi superhero di hidup orang 🫢🏻)


Jadi hikmahnya?

Saya masih dikasih kesempatan oleh Allah buat merawat ibuk. Buat ketemu ibuk. Buat berbakti sama ibuk.

Saya bukan orang sabar. 

Saya manusia strict. 

Saya manusia banyak salah. 

Tapi Allah masih kasih kesempatan.


Kalau waktu itu ga ada Mumtaz sama Dini, para dedek2 gemes kesayangan 🫢🏻❤️🫰🏼, mungkin kemarin udah beda cerita. 

Timingnya pas.

Rencana-Nya memang terbaik.

Makasih juga buat Yanuar, si manusia paling banyak saya repoti. Lemah teles ya Le. InsyaAllah orang baik bakalan dapat balasan kebaikan.


Makasih buat keluarga di kanan-kiri yang udah nungguin ibuk pas aku masih di kantor.

Hari Rabu kemarin bener2 jadi hari paling horor. Dan sepertinya menjadi waktu paling hopeless buat saya (dan keluarga besar pula). Mengingat kondisi ibuk yang bener2 drop.

Untung timingnya pas. Pas ibuk kehilangan kesadaran, pas Mumtaz ke rumah, ambulance datang cepat, petugas IGD gercep. Jd ibuk masih bisa tertolong dan ditangani dengan baik.

Alhamdulillah.

Alhamdulillah. Ibuk sekarang sudah di rumah. Dan si anak bandelnya ini siap berbenah.

Kembali dari 0 lagi ya Buk.

Insyaallah (dan semoga) ga ada lagi hari horor kaya kemarin.

….

Tambahan:

Kenapa bisa memilih RS ini?

Gara2nya pas lagi naik BST, ada ibuk2 turun halte pom bensin semanggi karena mau kontrol di sana πŸ˜†πŸ™ˆ

Terus ga tau kenapa mungkin terekam di alam bawah sadar sehingga saya impulsif jawab RS ini pas ditanya dokter puskesmas.

Dan Alhamdulillah ga salah pilih 🫢🏻🫰🏼❤️

Karena servisnya bintang 5 🫰🏼🫰🏼

Terutama untuk perawat yang ngerawat ibuk, matur nuwun sekali. Karena jarang-jarang ketemu perawat yang ramah pol, suwabar pol, buwaik pol. ❤️❤️


Allah, lagi dan lagi. Engkau sungguh superb. 🫢🏻❤️


Komentar

  1. Sehat selalu mba wulan dan ibuk✨

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Doa yang sama untukmu 🫢🏻

      Hapus
  2. Alhamdulillah Tabarakallah semoga ibunya Mb Wulan sehat selalu aamiin aamiin Yaa Robbi

    BalasHapus
  3. Aamiin. Sehat2 juga untuk dikau 🫢🏻

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngomongin Soal Critical Thinking

  Kemarin lusa, saya ngobrol sama temen soal critical thinking yang engga diajarkan sejak dini. Kami adalah 'korban' orang tua yang menerapkan pola asuh apa-apa engga boleh. Eh, jangan main air, ntar masuk angin.  Eh, jangan main tanah, ntar kemasukan cacing. Eh, jangan ini jangan itu ... Akhirnya, karena sering dilarang-larang dan dilokne, kami jadi males buat eksplor diri. Tanya soal hal-hal baru pun, kami kena semprot. Katanya, kebanyakan tanya. Masih kecil. Hehe. Jadilah ... Kami males tanya-tanya lagi. Dilarang eksplor diri. Dilarang tanya itu ini. Ya, gitu. Akhirnya otak kreatif kami mandeg. Sampai akhirnya ... Pada usia yang engga muda lagi, kami baru berani untuk berani. Hahaha. Baru berani untuk berani. Baru berani eksplor. Nyoba ini-itu. Soalnya merasa udah 'merdeka'. Ga ngrepotin orang tua. Haha. Alhamdulillahnya sih orang tua engga suka cawe-cawe lagi. Mereka membiarkan saya buat eksplor. Melakukan apa aja yang saya mau. Memutuskan apa-apa sendiri. Jadilah d

Apa yang Terjadi dengan Mereka yang Ditinggal Mati?

Rindu. Sudah lebih dari empat puluh hari setelah bapak pergi. Rasanya ... Cuma kaya ditinggal bapak piknik. Rasanya, suatu hari nanti bapak akan kembali.  Berharap tiba-tiba bapak muncul di depan pintu. Suara motor smash-nya kedengeran dari jauh seperti biasa. Lalu motor diparkir di depan pintu. Bapak pun masuk, dengan senyum ramahnya. Bapak, bapak nggak kangen akukah? .... Seperti ada yang hilang.  Seperti ada yang kosong. Seperti ada yang kurang. .... Lalu ... rindu tiba-tiba datang menggebu. Baik yang kurasa, maupun ibu. Bapak yang kemarin masih cerewet, yang suaranya keras, yang suka bercengkerama sama anak-anak kecil, tiba-tiba hilang begitu saja. Tak ada raganya. Tak bisa dipegang. Tak bisa bertatap muka. Apa bapak sedang menatap kami? .... Kepergian bapak membuatku menjadi berpikir kembali tentang hidup. Dulu, saat mendengar kalimat: URIP KUWI GUR MAMPIR NGOMBE (hidup itu cuma mampir minum), nggak terlalu ngeh. Tak terlalu nggagas. Pas bapak udah nggak ada: KOK HIDUP TUH KAYAK M

Benarkah Kita Hidup Hanya Mencari Bahagia?

  20 Januari 2023 lalu, desa saya berduka. Karena salah satu perangkat desa saya wafat karena laka air. Sebagian orang berpikir: 1. Mesakne meninggal merga tenggelam 2. Mesakne bojone urip dewean 3. Mesakne urung tua kok wes dipundut Dan segala bentuk keprihatinan yang lain. Wajar. Namun, ada satu hal yang orang lupakan. Bahwa meninggal itu pasti. Hanya saja kita tidak tahu dengan cara apa dan di mana. Alm. Pak Broto (menurut saya) meninggal dalam keadaan indah. Memang, kematian selalu menyisakan luka bagi mereka yang ditinggal. Tapi, saya menggarisbawahi bahwa beliau meninggal dengan cara yang indah. Pagi-pagi beliau sudah membantu istrinya jualan. Kemudian beliau berangkat ke sawah (dalam rangka mencari nafkah). Qodarullah, terpeleset ketika mengatur saluran irigasi untuk pengairan sawah. Meninggal pada hari Jumat pula. Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang mati syahid ada lima macam, yaitu orang yang kena tha'un (wabah), orang yang mati kar